Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Selain harus memperhatikan bentuk dan ukuran yang tepat, ternyata bahan material kain untuk celana dalam juga memiliki peranan besar dalam menunjang kesehatan organ intim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebaiknya gunakan celana dalam berbahan 100 persen katun, yang lain dihindari,” ungkap spesialis kandungan dr. Rino Bonti Tri H. Shanti, SpOG.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahan material celana dalam nyatanya menjadi faktor penentu eksternal dari kesehatan organ kewanitaan. Menurut Bonti seringkali wanita memberatkan pada pilihan warna dan bentuk yang dapat menunjang penampilan. Meskipun indah dilihat, kenyataannya bahan celana dalam selain katun justru memberikan efek yang buruk bagi vagina.
Dokter spesialis kandungan dan kebidanan dari RSIA Hermina Jatinegara, Jakarta, ini mengatakan memilih pakaian dalam yang tepat untuk area kewanitaan sebaiknya menghindari bahan sintetik, seperti nilon, poliester, sutra, atau karet karena material tersebut cenderung mengganggu sirkulasi udara di daerahvagina. Bila digunakan dalam jangka watu lama dapat meningkatkan risiko infeksi akibat jamur.
Katun membantu organ intim, yang sebenarnya dapat membersihkan diri sendiri, untuk memelihara keseimbangan lactobacillus. Bakteri baik yang menghasilkan asam laktat yang menjaga keseimbangan pH inilah yang dapat membunuh jamur, virus, dan bakteri lain penyebab infeksi.
Kandungan material 100 persen katun pada celana dalam memang cenderung lebih tebal dibandingkan bahan lainnya. Namun, sinergi terhadap siklus alami vagina dengan manfaat kebaikan yang dapat mencegah penyakit harus dijadikan kesadaraan utama dalam memilih celana dalam.
SATRIA DEWI ANJASWARI