Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang - PT Angkasa Pura II menyatakan korsleting listrik di rel Skytrain Bandar Udara Soekarno-Hatta, Selasa lalu, bukan karena dampak penambahan volume operasional kereta automated people mover system itu. Akibat korsleting itu, pelayanan Skytrain sempat terganggu.
"Tidak terpengaruh dengan penambahan volume itu," kata Vice President Corporate Communication PT Angkasa Pura II Yado Yarismano kepada Tempo, Jumat, 13 Oktober 2017.
Sejak awal Oktober lalu, PT Angkasa Pura II secara bertahap menambah pergerakan pengoperasian Skytrain, dari tiga pergerakan bolak-balik per jam menjadi enam kali per jam. Sehingga ada peningkatan pergerakan dari enam kali per dua jam, sekarang menjadi 12 kali per dua jam. Penambahan gerakan kereta canggih yang nanti secara bertahap beroperasi tanpa awak ini merupakan bagian dari tahapan pengoperasian Skytrain.
Saat ini jadwal operasi Skytrain masih tiga kali dalam sehari, yaitu pukul 7.00-9.00, pukul 12.00-14.00, dan pukul 17.00-19.00. Meski masih beroperasi tiga kali dalam sehari, pergerakan sudah mampu dilakukan dua kali lipat sejak beroperasi pada 17 September lalu.
Yado mengatakan hingga kini tim teknisi masih menyelidiki penyebab korsleting listrik di rel Skytrain pada Selasa, 10 Oktober 2017, pukul 11.45. Kejadian bermula saat Skytrain baru tiba di shelter Terminal 2 dan ada bunyi seperti ledakan persis di bawah Skytrain. Penumpang masih bisa keluar dan pintu masih terbuka normal.
Setelah dicek teknisi APMS, ada bagian yang pecah, yang terpasang di sisi rel. Skytrain tidak beroperasi sampai perbaikan selesai, yang prosesnya diperkirakan memakan waktu lebih dari satu jam. Penumpang diarahkan agar menggunakan shuttle bus AP II Route Terminal 1, 2, dan 3.
Yado mengakui, selama proses perbaikan, Skytrain tidak beroperasi. "Sekitar dua jam, setelah itu beroperasi normal," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini