Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Teknologi bisa membuat hal-hal menakjubkan, termasuk dalam hal kehamilan. Seorang wanita di Tennessee melahirkan bayi dari embrio yang usianya 27 tahun, setahun muda darinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan bernama Tina Gibson, 28, melahirkan bayi perempuan yang diberi nama Molly bulan lalu, menggunakan embrio donor dibekukan pada 14 Oktober 1992. Embrio itu dicairkan 27 tahun kemudian, pada 10 Februari 2020, kemudian dipindahkan ke rahim Tina dua hari kemudian, pada 12 Februari. Tina dan suaminya, Ben, menerima embrio dari National Embryo Donation Center (NEDC).
"Kami tidak menyadarinya sampai menjadi berita bahwa ini adalah hal yang besar," kata Tina kepada Knoxville's WVLT 8.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Implantasi dan kelahiran Molly memecahkan rekor dunia untuk waktu terlama yang membekukan embrio sebelum lahir — total 27 tahun, 3 bulan, dan 27 hari. Rekor sebelumnya dipegang oleh kakak perempuan Molly, Emma, yang dibekukan sebagai embrio selama 24 tahun sebelum dia ditanamkan. Tina juga menjadi pemberitaan saat melahirkan Emma pada 2017.
Tina dan Ben berusaha bertahun-tahun untuk memiliki anak. Ben mengidap cystic fibrosis, suatu kondisi yang dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Pasangan tersebut khawatir mereka akan menularkan kondisi tersebut kepada anaknya. Jadi, mereka memilih adopsi embrio.
Bagaimana bisa adopsi embrio? Ketika pasangan menjalani fertilisasi in-vitro (IVF) atau bayi tabung, mereka terkadang memiliki telur yang dibuahi ekstra (alias embrio) yang dibekukan dan disimpan untuk digunakan di masa depan, menurut American Society for Reproductive Medicine (ASRM). Tapi tidak semua embrio itu akhirnya digunakan.
"Banyak pasangan akan memiliki embrio ekstra untuk dibekukan setelah siklus IVF mereka. Semakin muda seorang wanita saat ia menjalani IVF, semakin besar kemungkinan ia akan memiliki banyak embrio berkualitas tinggi untuk dibekukan," kata Jenna McCarthy, direktur medis di WINFertility yang berbasis di Connecticut, Amerika Serikat, kepada Health. "Bergantung pada berapa banyak anak yang dia inginkan, dia mungkin memiliki sisa setelah keluarganya selesai."
Dalam beberapa situasi, embrio donor dapat dibuat dari sperma donor dan sel telur donor khusus untuk tujuan donasi, kata ASRM. Dan jika pasangan tidak berencana menggunakan semua embrio mereka, mereka dapat memanfaatkan dengan beberapa cara, menurut National Embryo Donation Center, yaitu donasikan embrio untuk penelitian, dihancurkan, jaga agar tetap beku, dan disumbangkan untuk pasangan yang tidak bisa hamil.
Membekukan embrio adalah pilihan yang populer. Satu studi memperkirakan bahwa ada 1 juta embrio manusia yang disimpan di AS saja saat ini.
"Teknologi pembekuan jauh lebih baik dan lebih banyak orang yang memiliki akses ke IVF yang membutuhkannya," kata Emily Jungheim, kepala endokrinologi reproduksi dan infertilitas di Northwestern Medicine, kepada Health. "Faktor-faktor ini telah membuat embrio melebihi apa yang dibutuhkan untuk membangun keluarga sendiri menjadi lebih umum, sehingga donasi embrio menjadi lebih umum."
Cara paling efektif membekukan embrio adalah disimpan dalam nitrogen cair. "Begitu embrio dibekukan, ia dapat disimpan selama beberapa dekade karena dipertahankan stabil melalui proses pembekuan," kata McCarthy.
Setelah embrio diadopsi, embrio tersebut akan dicairkan dan ditanamkan, sama seperti embrio lainnya yang digunakan dalam IVF. Begitulah cara Gibson dapat memiliki bayi dari embrio berusia 27 tahun.
Nina Resetkova, ahli endokrinologi reproduksi bersertifikat di Boston IVF, mengatakan tak banyak embrio yang didnorkan setelah berusia 27 tahun. "Protokol yang digunakan 27 tahun lalu untuk pembekuan embrio tidak begitu baik, jadi kemungkinan embrio bertahan dari pembekuan dan pencairan kecil."
HEALTH | WVLT