Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Berpisah 14 Tahun, Remaja Ini Telantar di Jakarta Mencari Ibunya

Nekat kabur dari rumahnya di Kalimantan Barat ke Jakarta untuk mencari ibunya, remaja 16 tahun ini telantar.

17 Januari 2018 | 19.48 WIB

Dinas Sosial Jakarta Utara bersama Elyas, 16 tahun, (berjaket merah) asal Kalimantan Barat pada Jumat, 5 Januari 2018. Elyas mengaku datang ke Jakarta untuk mencari ibu kandungnya yang sudah lama berpisah sejak dia berusia 2 tahun. Foto: Dokumentasi Dinas Sosial Jakarta Utara
Perbesar
Dinas Sosial Jakarta Utara bersama Elyas, 16 tahun, (berjaket merah) asal Kalimantan Barat pada Jumat, 5 Januari 2018. Elyas mengaku datang ke Jakarta untuk mencari ibu kandungnya yang sudah lama berpisah sejak dia berusia 2 tahun. Foto: Dokumentasi Dinas Sosial Jakarta Utara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang remaja telantar di Jakarta setelah nekat kabur dari rumahnya di Sambas, Kalimantan Barat, ke Jakarta dengan menaiki kapal laut. Elyas (bukan nama sebenarnya) hanya memiliki satu tujuan, pergi mencari ibunya yang telah berpisah dengannya selama 14 tahun. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Namun sesampainya di Jakarta, remaja 16 tahun itu kehilangan tasnya yang berisi uang Rp 800 ribu, peta DKI Jakarta, telepon seluler, akta kelahiran, ijazah, dan pakaian. Tas itu digasak pencopet saat ia tidur di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Terpaksa Elyas hidup menggelandang tanpa uang sepeser pun.

“Dua hari di Jakarta, satu tas ransel saya dicopet saat saya tidur di halte bus. Tetapi niat saya tinggi, mencari ibu,” kata dia saat ditemui di Panti Sosial Asuhan Anak (PSAA) Putra Utama 2 Plumpang, Jakarta Utara.

Elyas berangkat ke Jakarta meninggalkan ayahnya di Kalimantan Barat. Sebelumnya, ayahnya mengatakan ibunya berasal dari Kecamatan Tanah Tinggi, Kota Tangerang, Banten. Namun ia tidak tahu di kelurahan mana ibunya tinggal.

Dua hari dua malam remaja laki-laki itu berada di kapal laut menuju Jakarta. Ia berangkat dari Pelabuhan Pontianak pada Senin, 20 November 2017, pukul 22.00 WIB, dan tiba di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu, 22 November 2017, pukul 03.00 WIB. Saat pertama menginjakkan kaki di Jakarta, hanya satu hal yang ia pikirkan, menuju Tanah Tinggi, Tangerang, agar bisa segera bertemu dengan sang ibu.

Pertama kali berada di Tanjung Priok, ia langsung menanyakan arah ke Tanah Tinggi kepada orang-orang. Dia mengaku bingung harus menaiki angkutan umum yang mana. Sehingga dengan bantuan selembar peta DKI Jakarta, Elyas berjalan kaki dari Tanjung Priok ke Tangerang.

“Di kampung saya jalannya naik-turun. Di sini jalannya datar. Jalan dari Priok ke Tangerang enak-enak saja,” ujarnya.

Dalam perjalanan dari Tanjung Priok ke Tangerang, Elyas kagum dengan pemandangan gedung-gedung pencakar langit di Jakarta Barat. Ia merasa bangga karena di antara teman-teman sekolahnya, dialah yang pertama menginjakkan kaki di Ibu Kota.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Namun pada hari kedua di Ibu Kota, Elyas menjadi korban pencopetan di Kalideres, Jakarta Barat. Tas berisi uang beserta peta Jakarta hilang. Barang yang tersisa hanyalah satu tas kecil berisikan beberapa helai baju dan tiga buku, yakni buku berjudul Kisah 25 Nabi, Al-Quran, dan Pengantar Islam.  

“Saya tanya-tanya orang. Kalideres katanya tidak jauh dari Tangerang. Di situ saya mulai semangat bertemu ibu meskipun barang-barang saya hilang,” ujarnya.

Karena uang Rp 800 ribu raib dicuri pencopet, Elyas mendatangi warung-warung makan yang ramai pelanggan. Menurut dia, jika ramai pelanggan, pemilik warung akan bersedia membagikan rezekinya kepada orang yang membutuhkan.

Saking laparnya, Elyas sempat berbohong ke beberapa penjual warung makan bahwa uangnya tertinggal di kendaraan umum. Tidak jarang dia juga melahap makanan sisa milik orang lain yang tidak habis dimakan. “Saya pesan makanan yang paling murah di sana, tempe dan nasi. Kemudian saya pura-pura periksa tas saya terus kaget dompet saya ketinggalan di bus,” katanya.

Elyas kembali menyusuri Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, setelah kecopetan di Terminal Kalideres. “Begitu sampai di perbatasan Banten dan Jakarta, senangnya luar biasa. Sampai-sampai rasa lapar hilang,” kata dia.  

Saat berada di perbatasan Jakarta-Banten, Elyas baru mengetahui jarak ke Tanah Tinggi tidak terlalu jauh. Sesampainya di Kecamatan Tanah Tinggi, Elyas kemudian bertanya kepada warga di sana tentang keberadaan ibunya, Siti Qomaroh. Namun ternyata orang dengan nama itu di sana tidak hanya satu. Ia mengaku bertemu dengan tujuh orang yang bernama Siti Qomaroh di Tanah Tinggi.

Ia pun blusukan dari permukiman padat pendudukan hingga elite. Di permukiman padat penduduk, ia mengaku sempat bertemu dengan seorang ibu yang sedang menyusui anaknya di rumah. Namun Elyas yakin ibu tersebut bukanlah Siti Qomaroh yang ia cari karena dari kartu identitasnya, ia berasal dari Cipanas, Jawa Barat, dengan logat Sunda yang kental.   

“Saat saya berkunjung di perumahan mewah saya ragu, kira-kira mau tidak mereka menerima saya,” ujarnya.

Selama kunjungan dari rumah ke rumah di Tanah Tinggi, orang-orang prihatin dengan keadaan Elyas. Beberapa keluarga bahkan bersedia menampung Elyas di rumahnya. Namun ia menolak karena tujuannya ke Jakarta bukan menumpang dengan orang lain, tapi mencari ibunya. “Bahkan saya sampai menangis terharu saking baiknya mereka mau menerima saya,” katanya.

Selama di Tanah Tinggi, Elyas tinggal dari masjid ke masjid untuk tidur dan mandi. Di masjid ia juga kerap menyempatkan diri untuk beribadah dan berdoa agar bisa cepat bertemu dengan ibunya. Meskipun sedikit sekali ingatannya tentang ibu karena remaja telantar itu ditinggal sejak umur dua tahun.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus