Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Wisata khusus canyoning sedang populer dan diminati masyarakat urban.
Walau termasuk olahraga ekstrem, canyoning juga bisa dinikmati anak-anak.
Sebelumnya, canyoning lebih populer di Bali dan diperkenalkan oleh canyoneer asal Prancis.
Di sebuah curug dengan ketinggian 14 meter, tubuh saya hanya ditopang seutas tali yang terpasang di harness atau sabuk pengaman. Lantaran kaki tergelincir, tubuh terombang-ambing dan terlempar ke sisi kiri. Punggung saya pun terempas ke tebing. Beruntung ada Kang Rios. Instruktur canyoning atau susur ngarai itu bersiaga di bawah dan menarik tali penopang agar tubuh saya kembali ke posisi semula. Kaki saya pun berhasil menapak di salah satu ceruk tebing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kang Dani, pemandu yang mengawasi dari atas, berseru, "Buka kakinya lebar-lebar." Instruksi itu saya ikuti. "Tangan kanan buka talinya pelan-pelan." Jempol dan telunjuk tangan kanan yang semula menjepit tali saya buka sedikit demi sedikit. Tali pun terulur dan tubuh saya makin ke bawah. Beberapa saat kemudian, kedua kaki saya bisa merasakan dinginnya air kolam dari aliran Curug Ngumpet di Bojong Koneng, Kabupaten Bogor, itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketegangan menjajal rappelling ini kembali terulang ketika saya harus menuruni tebing Curug Cisalada, yang jaraknya hanya sekitar 5 menit berjalan kaki menyusuri aliran sungai dari Curug Ngumpet. Debit air tak kalah deras. Meski ketinggiannya hanya 10 meter, tekstur tebing Curug Cisalada lebih curam dan terdapat bagian yang menjorok ke dalam.
Kedua kaki saya awalnya meraba bebatuan untuk mencari pijakan. Tapi, karena licin, saya terpeleset. Tubuh saya pun terjungkir. Dengan posisi kepala menghadap ke bawah, rasanya hidup sedang di ambang kematian. Saya sudah kehabisan tenaga.
Setelah terdiam beberapa saat untuk mengumpulkan tenaga, saya mencoba bangkit. Para pemandu perlahan membantu menarik tali yang mengitari harness. Untungnya saya bisa kembali ke posisi semula dan merayap turun dengan lancar.
Kegitan canyoning di kawasan Curug Tiga Perjaka, Sentul, Jawa Barat, 7 Desember 2023. TEMPO/Ijar Karim
Aktivitas menuruni tebing ini hanya satu dari rangkaian olahraga canyoning. Saya bersama dua teman, Klara Safitri dan Budhi Santoso, menjajal kegiatan menyusuri aliran air di ngarai dan sungai ini melalui penyedia jasa tur Canyoning Sentul pada Kamis, 7 Desember lalu. Per orang dikenai tarif Rp 450 ribu. Harga segitu sudah termasuk retribusi kawasan wisata, pemandu, air mineral, minuman hangat, makanan ringan, peralatan dan perlengkapan pelindung diri, serta asuransi.
Canyoning merupakan kegiatan yang mengkombinasikan beberapa aktivitas, termasuk mendaki, menuruni tebing dengan tali, hingga meluncur. Di antara kami bertiga, hanya Klara yang pernah mencoba panjat tebing dan rappelling. Tapi medannya tebing biasa. Rappelling air terjun ini menjadi pengalaman pertama bagi perempuan 32 tahun itu.
Menurut Klara, rappelling di curug lebih menantang karena batuannya licin dan tekstur tebing yang tidak bisa ditebak untuk memijak. Debit air terjun yang deras juga membuatnya waswas dan kaget ketika mengenai badannya. "Apalagi kalau pas kepeleset, lalu airnya kena muka," kata pekerja swasta di Jakarta itu.
Petualangan ini dimulai dengan trekking dari area parkir menuju Curug Cibingbin. Di jalan setapak bebatuan, kami dituntun Kang Ujhe, pemandu dari Canyoning Sentul. Cuaca mendung tak menyurutkan langkah kami untuk menjajal canyoning. Toh, kata Kang Ujhe, musim hujan memang waktu yang paling pas untuk canyoning. "Karena curugnya kering waktu musim panas."
Dadan Anwarudin, pemilik Canyoning Sentul sekaligus instruktur memberikan arahan kepada peserta di kawasan Curug Cibingbin, Sentul, Jawa Barat, 7 Desember 2023. TEMPO/Ijar Karim
Setelah menempuh perjalanan sejauh 1 kilometer, kami tiba di tempat peristirahatan dekat Curug Cibingbin. Dani, Boyo, Rios, dan Fahmi telah menunggu kami di sebuah warung. Mereka adalah instruktur canyoning yang memandu kami selama beraktivitas. Tepat di dekat mereka berdiri, peralatan dan perlengkapan canyoning tertata rapi dan dikelompokkan sesuai dengan jenisnya. Ada helm, wearpack, harness, tali, sarung tangan, hingga sepatu karet.
Dani menjelaskan fungsi alat-alat itu, kemudian meminta kami mengenakan wearpack lebih dulu. Lantas ia membantu kami menggunakan harness, lalu menjelaskan cara memasang descender figure of eight yang berfungsi untuk menuruni tebing.
Tapi teori memang tak semudah praktiknya. Saya sampai dua kali tergelincir saat rappelling di Curug Ngumpet dan Cisalada. Belajar dari insiden itu, proses menuruni tebing Curug Cibingbin yang tingginya 22 meter malah lebih mulus. Tapi itu juga berkat tekstur tebing yang tidak securam curug lain. Jadi saya tidak kesulitan mencari pijakan.
Selain rappelling dan trekking, canyoning ini mencakup pendakian dari Curug Cibingbin ke Ngumpet sejauh 500 meter. Meski lelah, pengalaman ini sepadan karena menyajikan bentang alam yang indah sejauh mata memandang serta aktivitas yang beragam. "Capeknya terbayar lunas sama keseruannya," ujar Klara.
Canyoning Sedang Populer di Masyarakat Urban
Wisata khusus canyoning sedang populer dan diminati masyarakat urban yang ingin mencoba pengalaman baru olahraga petualangan. Sejumlah pemengaruh hingga pesohor ikut mempromosikan olahraga di alam bebas nan menantang ini.
Salah satunya adalah mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, yang mempromosikan kegiatan turun tebing air terjun di Curug Cikondang, Cianjur, Jawa Barat. Promosi dalam bentuk video itu ia unggah di akun Instagram pribadinya pada Juli lalu. "Berani turun tebing air terjun? Saya sudah mencobanya di Curug Cikondang, Cianjur, bersama @cora_ropejump. Luar biasa. Sekali seumur hidup, mah, harus," demikian ia menulis.
Kreator konten, Nadya Gianifa, menjajal canyoning di Curug Tilu Leuwi Opat, Bandung, Jawa Barat, November 2023. Dok pribadi
Video Nadya Gianifa yang menjajal canyoning di Curug Tilu Leuwi Opat, Bandung, awal November lalu, juga disukai hingga ribuan akun. Di kolom komentarnya, banyak warganet yang menuliskan keinginannya untuk mencoba olahraga ekstrem tersebut.
Kreator konten dengan 13 ribu pengikut itu adalah pemandu dari penyedia jasa kegiatan outdoor Adventurann Indonesia. Ia diajak Canyoning Bandung untuk melakukan simulasi kegiatan susur sungai sekaligus memasang instalasi pengaman di sejumlah titik. Rencananya, Canyoning Bandung bakal menawarkan rute ini ke publik.
Meski sudah sering melakukan canyoning di tempat lain, perempuan 24 tahun itu mengaku cukup tertantang karena risiko pada rute Curug Tilu Leuwi Opat belum terpetakan. Ia juga menemui banyak batang pohon yang menghalangi perjalanan. "Kalau sudah dibuka, sudah enak," ujar Nadya.
Rencananya, rute canyoning di sana dimulai dengan pendakian sekitar 30 menit. Lalu menyusuri sungai dan diisi dengan variasi kegiatan lain, seperti rappelling, flying fox, melompat ke kolam air terjun mini, dan water sliding. Kegiatan ini, kata Nadya, disesuaikan dengan medan air sungai.
Canyoning Juga Bisa Dinikmati Anak-anak
Walau termasuk olahraga ekstrem, canyoning juga bisa dinikmati anak-anak. Gaudenzio Zeva Khaisan (Zio) dan Deodelano Izqian Khaisan (Deo), kakak-adik, sudah mencobanya pada Oktober lalu di Curug Cibingbin. Sang bundalah, Khairani Marda Iren, yang pertama kali menawarkan canyoning untuk mengisi hari libur. "Liburan ke mal kan sudah biasa. Jadi kami mencoba aktivitas baru," kata Iren, yang berdomisili di Kota Depok, Jawa Barat.
Melalui operator Canyoning Sentul, Iren bersama suami, Zio, Deo, dan teman-teman putranya mengambil paket lengkap menyusuri Curug Ngumpet hingga Cibingbin. Iren menuturkan sebetulnya usia Deo yang baru 8 tahun belum mencukupi syarat untuk melakukan canyoning. Namun, karena pemandu sudah berpengalaman mendampingi anak-anak, Iren mengizinkan putranya untuk ikut.
Kakak beradik, Gaudenzio Zeva Khaisan (10 tahun) dan Deodelano Izqian Khaisan (8), melakukan canyoning bersama orang tuanya di Curug Cibingbin, Jawa Barat. Dok pribadi
Zio dan Deo pun menceritakan petualangan mereka. Dimulai dari pendakian menuju Curug Ngumpet, lalu menuruni tebing, membelah hutan, hingga menyusuri sungai. Keduanya kompak menjawab bahwa rappelling di Curug Ngumpet adalah kegiatan paling menakutkan. Tapi, karena sudah dilengkapi alat pelindung diri serta pengetahuan mengenai teknik-tekniknya, Zio dan Deo bisa menyelesaikan tantangan tersebut.
Zio, 10 tahun, mengungkapkan bahwa kegiatan canyoning membuatnya belajar lebih berani, berusaha menghadapi segala rintangan, serta pantang menyerah. "Karena itu tinggi, jadi belajar berani," kata pelajar kelas V sekolah dasar ini. Adapun Deo mengaku canyoning membuat tangan dan kakinya lebih kuat untuk memanjat tebing.
Sedari dini, Iren memang sudah mengenalkan anak-anaknya pada olahraga petualangan di alam. Sebelumnya, Iren kerap mengajak anak-anaknya mencoba berbagai aktivitas, seperti panjat tebing, surfing, dan naik gunung. Dengan mengenalkan mereka pada canyoning, ia berharap putranya bisa mengalahkan rasa takut dan egois. Selain itu, menjadi lebih sabar dan bersyukur.
"Semua ini bentuk kasih sayang Allah SWT agar anak-anak selalu dekat dengan-Nya melalui alam yang sangat indah."
Canyoning Lebih Dulu Populer di Bali
Canyoning sebelumnya lebih populer di Bali. Kegiatan susur sungai memang pertama kali diperkenalkan di Pulau Dewata oleh seorang canyoneer (pegiat canyoning) asal Prancis pada 2009.
Wakil Ketua Asosiasi Canyoning Indonesia Abraham Firmansyah menuturkan, selain di Bali, canyoning berkembang cukup masif di kawasan Lombok. Karena pegiatnya sudah tersebar di berbagai daerah, kegiatan canyoning pun mulai ramai.
Wakil Ketua Asosiasi Canyoning Indonesia Abraham Firmansyah. Dok. Pribadi
Dari data yang dihimpun Asosiasi, semula hanya ada satu operator canyoning di Bali pada 2013. Namun, 10 tahun kemudian, jumlahnya bertambah menjadi enam penyedia jasa canyoning. Di Lombok terdata ada satu operator, Jawa Barat empat operator, dan beberapa operator di Sumatera.
Walau begitu, Abraham bersama asosiasinya masih berupaya mengenalkan olahraga ekstrem ini. Pasalnya, ia melihat para pegiat canyoning di luar Bali belum konsisten. Selain itu, kegiatan yang ditawarkan masih berpusat pada rappelling atau turun tebing. Padahal canyoning merupakan rangkaian dari beberapa kegiatan.
Di Bali, misalnya, canyoning memiliki variasi kegiatan berupa trekking, meluncur di bebatuan, menyusuri ngarai, rappelling, dan melompat ke kolam. Canyoning bisa juga dikombinasikan dengan kegiatan outdoor lain, seperti flying fox. Dengan demikian, Asosiasi kini menjalankan misi untuk mempopulerkan kegiatan susur ngarai melalui keterlibatan dalam ekshibisi Indofest Outdoor Festival hingga mengadakan sekolah canyoning.
FRISKI RIANA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo