Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hospice mungkin merupakan kata yang tidak asing di kalangan penyintas dan penderita kanker. Hospice adalah layanan yang diberikan kepada pasien yang pengobatan kankernya tidak bisa lagi mengontrol penyakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Angka harapan pasien yang menjalani hospice biasanya kurang dari enam bulan. Fokusnya menaklukkan rasa nyeri sehingga pasien dibuat senyaman mungkin. Hospice perawatan menjelang akhir kehidupan pasien yang mengedepankan lingkungan menyerupai rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga:
Dua Kanker Ini Paling Banyak Mengancam Wanita
Perawatan Paliatif Kanker: Bukan Menyembuhkan tapi Meringankan
Berbagai Jurus Mencegah Kanker
Hal yang Perlu Dilakukan Saat Anggota Keluarga Mengidap Kanker
"Pasien nantinya meninggal di tengah keluarga, kerabat, bahkan saat tidak bisa duduk masih bisa mendengar cucunya bernyanyi dan bermain piano," ujar dr. Adityawati Ganggaiswari, M.Biomed dari Yayasan Kanker Indonesia (YKI),
"Perawatan paliatif dengan cara menyenangkan untuk penyintas dan pasien kanker," Adityawati menyebut hospice memungkinkan para pasien kanker melakukan beragam hobi.
Mereka bisa melukis di kamar, berjalan-jalan di sekitar rumah untuk mendengarkan suara gemericik air, kicauan burung, dan lain-lain. Selain itu, mereka tetap mendapat penanganan medis lebih detail agar terhindar dari nyeri.
Keuntungan lain, tidak ada jam besuk, lebih bebas, dan setiap saat dikelilingi orang-orang tersayang. Tujuan akhirnya mengedepankan kualitas kematian dalam kondisi menyenangkan dan terbebas dari nyeri.
Adityawati menambahkan hospice tidak hanya menguntungkan bagi pasien kanker. Keluarga pasien pun diuntungkan karena bisa selalu bersama pasien, setiap saat bisa menolong, dan memastikan bahwa pasien nyaman.
Keuntungan lain yakni menekan biaya serta bisa berinteraksi dengan pasien lebih lama dan intens. YKI sudah memiliki layanan Hospice Home Care sejak 1995. Layanan ini terus dikembangkan hingga sekarang.
"Layanan ini berfokus pada pasien yang sudah memasuki fase end of life. Untuk menjalani hospice, pasien harus mendapat rujukan dari dokter, kemudian mengisi formulir persetujuan bahwa ia akan menerima kunjungan dari tim Hospice YKI. Ini penting karena pernah terjadi dokter kami mengunjungi dan memberi perawatan medis tapi anak-anaknya yang tidak tahu marah besar," jelas Adityawati.