Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak awal pandemi Covid-19 hingga masa normal baru saat ini, ada protocol kesehatan yang harus dijalani seperti pakai masker saat keluar rumah, rajin cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, juga menjaga jarak. Namun, ada tipe orang yang terkesan cuek, mengabaikan semua protokol yang dianjurkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Psikolog Ajeng Raviando menilai, orang-orang yang cuek ini sebenarnya tak pernah menerapkan protokol kesehatan sejak awal karena merasa sehat-sehat saja dan kebal terhadap COVID-19.
"Orang-orang yang memang dari awal enggak mematuhi protokol kesehatan, kan ada orang yang tetap enggak pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, dia fine-fine saja menurut dia. Dia akan punya asumsi dan persepsi terhadap dirinya bahwa 'Ah enggak apa-apa kok, kemarin sudah tiga bulan aku enggak pakai macem-macem, tetap sehat-sehat saja'," ujar Ajeng kepada Antara belum lama ini.
Tetapi di sisi lain, ada orang-orang yang sudah merasa lelah menerapkan protokol kesehatan sejak tiga bulan terakhir lalu ingin kembali ke masa sebelum pandemi terjadi.
"Tetapi ada juga orang yang denial, merasa ngapain pusing-pusing amat, lalu keinginan kembali ke masa sebelumnya besar. Banyak orang yang berpikir ingin seperti dulu, bertemu bisa berpelukan, salaman, cupika cupiki. Pada akhirnya ketika PSBB dilonggarkan ya ada juga yang bablas," tutur Ajeng.
Menurut dia, masa normal baru bukan berarti kembali ke masa normal sebelum pandemi terjadi, tetapi ada perubahan yang sifatnya dinamis, salah satunya menjadikan protokol kesehatan mulai dari mengenakan masker, cuci tangan, menjaga jarak sebagai budaya baru.
"This is not only the new normal, menurut saya, memang awalnya new normal tetapi setelah itu sudah harus menjadi new culture, this is our way of life. Jadi, jangan lupa apa yang dilakukan protokol kesehatan sudah menjadi kebiasaan," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini