Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mendapatkan gelar kehormatan Asang Lalung dari masyarakat Dayak, Kalimantan Timur. Tak hanya Ahok, sang istri, Puput Nastiti Devi juga mendapat gelar kehormatan Idang Bulan dari masyarakat setempat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Usai mendapat gelar tersebut, Ahok mengungkapkan keinginannya memajukan masyarakat suku Dayak. "Aku mau bantu pikirkan, ada perkampungan Dayak seperti di Norwegia ada perkampungan Viking. Bagus untuk wisata dan perlembagaan budaya Dayak," ujar Ahok saat dihubungi Tempo, Senin, 15 Juli 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ahok mengaku tertarik dengan kehidupan suku Dayak yang masih asli, seperti masyarakat yang mau hidup di perkampungan tengah hutan. Meski begitu, Ahok mengaku belum membicarakan usulannya ini dengan pemerintah setempat.
Ide ini juga bukan berarti ia ingin menjadi pejabat di sana. "Ini hanya pemikiran awal aja, bukan jadi pemerintah di sana," ujar Ahok.
Ahok dan istri menerima gelar kehormatan masyarakat Dayak pada Sabtu, 13 Juli 2019. Prosesi pemberian gelar kehormatan itu disaksikan sejumlah tokoh Dayak, di antaranya, Ketua LPADKT (Laskar Pemuda Adat Dayak Kalimantan Timur) Syaharie Jaang, Eddy Gunawan, Laden Mering di Ballroom Mesra International Hotel Samarinda.
Kedatangan Ahok disambut meriah warga Dayak di Desa Pampang. Bahkan Ketua LPADKT Syaharie Jaang dalam sambutannya menitipkan pesan agar Basuki Tjahaja Purnama membantu aspirasi warga Dayak Kaltim agar ibu kota negara dipindah ke Kalimantan Timur.
Ahok pun memberi penjelasan ketika memberi kata sambutan bahwa ia dan istri hadir di Kaltim bukan utusan dari Presiden Joko Widodo. Oleh sebab itu, menurut Ahok, aspirasi ibu kota negara tidak pas disampaikan kepada dirinya. ”Tapi kalau saya ditanya, saya juga maunya ibu kota negara dipindah di Kaltim,” kata Ahok.