Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perhelatan Asian Games ke-18 di Jakarta tak hanya akan meminggirkan warga Ibu Kota dari jalan-jalan yang akan dilalui rombongan atlet. Kuda-kuda penarik delman juga harus menjauh dari arena olahraga berkuda (equestrian) Asian Games, paling tidak hingga radius 8 kilometer.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, misalnya, melarang delman berkeliling di kawasan Monumen Nasional (Monas) selama Asian Games berlangsung, dari 1 Agustus sampai 30 September mendatang. Larangan itu demi menjauhkan kuda penarik delman dari kuda-kuda yang akan beradu cepat di arena pacuan kuda Pulomas, Jakarta Timur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sosialisasi sudah dilakukan pada Minggu lalu," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, dua hari lalu. Menurut dia, sosialisasi dihadiri pengurus Paguyuban Delman Betawi serta para kusir delman di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat. "Mereka mengerti," katanya.
Selain melarang kuda di radius 8 kilometer dari arena pacuan, instruksi Gubernur tersebut mengatur larangan penjualan dan pemotongan hewan kurban di radius 1 kilometer dari arena pertandingan.
Ini bukan pertama kalinya kuda delman "terusir" dari kawasan Monas. Pada Maret 2016, pada masa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, pemerintah DKI juga pernah melarang delman di kawasan Monas. Musababnya, Dinas Kelautan, Pertanian, dan Ketahanan Pangan kala itu menemukan 28 dari 31 kuda delman di Monas terinfeksi penyakit berbahaya yang bisa menular ke manusia. Waktu itu, delman Monas diminta pindah ke Pasar Minggu dan Ragunan, Jakarta Selatan.
Terpilihnya Anies Baswedan dan Sandiaga Uno sebagai Gubernur-Wakil Gubernur DKI membawa angin segar bagi para kusir dan pemilik delman. Pemimpin baru Jakarta itu mengizinkan kembali delman hias berkeliling di sekitar Monas. "Kami ingin (delman) ditata dengan baik sebagai salah satu daya tarik wisata," kata Sandiaga, Desember lalu. Dia lantas merujuk pada keberadaan kereta kuda di tempat wisata di kota-kota negara maju, seperti New York dan Kansas City, Amerika Serikat.
Kini, meski untuk sementara, delman Monas kembali tergusur. Agar dapur para kusir delman tetap mengepul, pemerintah DKI berjanji memberi mereka tempat relokasi, antara lain ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, dan Ragunan. "Lokasi lain masih kami inventarisasi. Yang penting dalam radius aman," kata Sandiaga.
Sejumlah kusir dan pemilik delman yang ditemui di kawasan Monas mengaku tak punya pilihan selain mematuhi perintah Gubernur. "Yang penting ada alternatif lokasi lainnya," kata kusir bernama Alif, kemarin. Alif pun membenarkan sempat ada sosialisasi tentang larangan delman di Monas.
Meski mengaku kecewa, Amin, kusir lainnya, juga mengatakan akan mematuhi instruksi Gubernur. Apalagi, tempat relokasi yang dijanjikan dia anggap memiliki banyak pengunjung. "Saya ikut saja, deh. Rezeki kan sudah ada yang mengatur," ujar dia. INGE KLARA SAFITRI
'Batman' Ogah Dianggap Penyakitan
Batman memang tak segagah kuda-kuda pacu yang akan bertarung di pacuan kuda Pulomas. Tapi, menurut Alif, seorang kusir delman di kawasan Monas, kuda jantan kesayangannya itu sehat dan terawat. "Pemeriksaan kesehatan rutin dilakukan olehpetugas dari Dinas," kata Alif, kemarin.
Sang kusir bercerita, setiap bulan ia selalu membawa Batman ke tempat pemeriksaan kesehatan hewan di Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian Jakarta Pusat. Di sana, biasanya, ada dokter hewan yang memeriksa seluruh kesehatan kudanya. "Disuntik-suntik juga," ujar Alif.
Selain membawa Batman ke dokter, Alif mengaku rutin memberi kuda hitam itu vitamin.Demi menjaga kebersihan, Alif juga selalu memandikan kudanya paling tidak dua kali dalam sepekan. "Kadang sehari sekali," katanya.
Alif menambahkan, selama mengoperasikan delmannya, ia juga selalu berusaha menjaga kebersihan lingkungan. Ia menampung kotoran kudanya dan membuangnya ke tempat sampah.Berkat ketelatenan Alif, sejauh ini Batman sehat-sehat saja, meski saban hari harus menarik delman untuk menafkahi sang majikan. INGE KLARA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo