Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dokter Tirta Telusuri Pelecehan Seksual di Bandara: Namanya Tak Ada di KKI

Pihak berwajib, kata Tirta, harus segera mengusut kasus pelecehan seksual ini. Tindakan EFY telah mencoreng nama dokter.

19 September 2020 | 12.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi rapid test. ANTARA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Relawan Medis Gugus Tugas Percepatan Penanganan Dokter Tirta Mandira Hudi mengecam tindakan yang dilakukan oleh petugas kesehatan EFY yang diduga memeras dan melakukan pelecehan seksual terhadap seorang wanita berinisial LHI saat rapid test di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang. Dokter nyentrik itu telah menelusuri identitas oknum dokter itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Semua nama dokter, kata Tirta, terdaftar di Konsil Kedokteran Indonesia. “Nama dia enggak ada," kata Tirta saat dihubungi Tempo, Sabtu, 19 September 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari hasil pencariannya, Tirta mengatakan bahwa EFY bukan dokter alias masih berstatus mahasiswa di Fakultas Kedokteran suatu universitas swasta.

Pihak berwajib, kata dia, harus segera menelusuri dan mengusut kasus ini. Tindakan EFY telah mencoreng nama dokter dan akan membuat masyarakat khawatir untuk melakukan rapid test serupa karena takut diperas. "Dokter terikat sumpah. Enggak bisa melecehkan pasien apalagi sembarang WhatsApp begitu, macam neror," kata Tirta.

Utas mengenai dugaan pemerasan dan pelecehan seksual yang dialami LHI dengan terduga pelaku EDY, viral di media sosial pada Kamis, 18 September 2020. Ia bercerita peristiwa itu berawal saat ia menjalani rapid tes di Bandara Soekarno-Hatta dan hasilnya menunjukkan bahwa ia reaktif, sehingga rencana penerbangannya ke Nias terancam batal.

"Habis itu dokternya nanyain, 'kamu jadi mau terbang gak?' Di situ aku bingung kan, hah, kok nanyanya gini. Terus aku jawab 'Lah, emangnya bisa ya, pak? Kan setau saya ya kalo reaktif ga bisa lanjut travel'. Habis itu dokternya bilang 'ya bisa nanti saya ganti datanya'" cuit LHI di akun Twitter pribadinya @listongs. Tempo telah meminta izin mengutip pernyataan ini kepada LHI.  

Seusai menyatakan akan mengganti hasil rapid test, oknum dokter EFY kemudian memintanya untuk menjalani tes ulang dengan membayar Rp 150 ribu. Setelah itu, hasil tes keluar dan menyatakan bahwa LHI non-reaktif.

Setelah mendapat hasil tes dan akan pergi menuju gerbang keberangatan, EFY kembali mengejar LHI. Ia meminta sejumlah uang sebagai imbal jasa telah membantu LHI mengubah hasil tesnya.

Terburu-buru mengejar penerbangan dan tak ingin persoalan berlanjut, LHI mentransfer uang sejumlah Rp 1,4 juta ke EFY. Setelah menerima uang, EFY semakin menjadi.

"Abis itu, si dokter ngedeketin aku, buka masker aku, nyoba untuk cium mulut aku. Di situ aku benar-benar shock, ga bisa ngapa-ngapain, cuma bisa diem, mau ngelawan aja ga bisa saking hancurnya diri aku di dalam," cuit LHI. Tempo sudah meminta izin untuk mengutip cuitannya yang viral itu.

LHI mengaku terguncang mentalnya. Ia sudah menceritakan kejadian itu ke orang terdekatnya.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus