Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Dorong Vokasi tanpa Henti

Pemerintah membuat berbagai program untuk menghasilkan tenaga terampil.

8 November 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ruang praktik kelas otomatisasi di Solo Technopark, Sura-karta, Jawa Tengah, tampak lengang, Kamis tiga pekan lalu. Tak ada jadwal pelajaran otomatisasi ketika Tempo berkunjung ke kawasan terpadu yang “menyatukan” dunia industri, perguruan tinggi, pusat riset dan pelatihan, kewirausahaan, perbankan, serta pemerintah pusat dan daerah tersebut. Kelas yang dipenuhi siswa pada hari itu adalah jurusan manufaktur. Mereka berlatih mengoperasikan mesin bubut dan gerinda.

Di kampus Solo Technopark, jurusan otomatisasi dibuka untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengendali mesin otomatis di industri. Teknologi ini menggabungkan penerapan mekanik dan komputer untuk pengendalian produksi.

Otomatisasi merupakan satu dari empat kurikulum atau jurusan yang ada di Solo Technopark. Tiga jurusan lain adalah manufaktur, desain teknik, dan pengelasan. “Kelas otomatisasi baru ditujukan untuk level operator yang bisa mendeteksi kerusakan, bukan teknisi,” tutur Direktur Umum Solo Technopark Darsono pada akhir Oktober lalu.

Darsono menjelaskan, para pengajarnya berasal dari Politeknik Akademi Teknik Mesin Industri Surakarta. Pada awal pelatihan, siswa akan mengikuti kelas teori dan pengenalan alat. Setelah itu, mereka menjalani praktik kerja lanjutan dan pengerjaan tugas akhir selama enam bulan. Selama tiga bulan berikutnya, siswa wajib mengikuti praktik kerja di industri. “Ada siswa yang berpraktik kerja pasca-pendidikan. Ada yang langsung direkrut menjadi pegawai perusahaan.”

Berdiri sejak 2006, Solo Technopark kini menjadi pusat vokasi, inovasi, sekaligus riset teknologi terapan yang berbasis badan layanan umum daerah. Pada 2012, Pemerintah Kota Surakarta menggandeng Politeknik Akademi Teknik Mesin Industri Surakarta dan Indonesia German Institute membentuk lembaga pendidikan dan pelatihan di bidang mekanik. Tujuannya adalah mendidik pemuda dan guru sekolah menengah kejuruan (SMK). Lembaga yang semula bernama Surakarta Competency and Technology Center ini berkembang menjadi pusat pelatihan mekanik bagi pemuda yang belum bekerja serta menjadi penghubung pemerintah dengan industri.

Solo Technopark melayani kelas gratis dan berbayar. Khusus untuk siswa SMK, kata Darsono, dana pendidikan diperoleh dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Solo. Biaya pelatihan sebagian peserta berasal dari dana sosial lembaga dan anggaran kementerian. “Sehingga mereka bisa bersekolah gratis.” Dari 302 lulusan Solo Technopark tahun ajaran 2018, sekitar 25 persen berasal dari jurusan otomatisasi.

Pada awal Juni lalu, kampus ini membuka pelatihan struktur penerbangan dasar, bekerja sama dengan PT GMF Aero Asia Tbk. Pelatihan dilakukan selama sembilan bulan, yakni enam bulan pembelajaran di Solo Technopark dan tiga bulan di GMF. Lulus dari pelatihan, peserta akan bekerja di perusahaan pelat merah itu.

Kini, Solo Technopark membuka pro-gram inkubasi bisnis dan teknologi bagi para wirausaha baru. Taman inovasi ini juga memberikan modal pendampingan bagi perusahaan rintisan agar mampu mengembangkan mitra bisnis.

Pemerintah menggenjot penciptaan tenaga kerja berketerampilan khusus pasca-peluncuran Making Indonesia 4.0. Apalagi Kementerian Ketenagakerjaan mencatat tingkat ketidaksesuaian antara keterampilan serta pendidikan tenaga kerja yang tersedia dan kebutuhan industri, yang mencapai 63 persen.

Pada 2030, Indonesia akan menghadapi puncak bonus demografi dengan populasi angkatan kerja usia produktif sebesar 70 persen. “Sementara modal dasar rata-rata tingkat pendidikan angkatan kerja masih setara dengan kelas II SMP,” kata Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri ketika ditemui di kantornya tiga pekan lalu.

Kementerian Perindustrian serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kemudian meluncurkan kegiatan vokasi berbasis link and match. Program ini melibatkan 1.753 SMK dan 609 industri. Hampir 60 persen kurikulum SMK akan ditentukan oleh industri. Selain itu, siswa akan mendapat jam praktikum lebih banyak dibandingkan dengan kelas teori.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan, program ini bertujuan menciptakan tenaga kerja yang dapat menjadi operator dan pengawas mesin-mesin berbasis teknologi. “Dengan demikian, yang dasarnya sudah punya keterampilan operasi diperkuat untuk pindah ke digital,” ujarnya.

Awal tahun lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy juga mendirikan technopark sebagai pusat pelatihan dan ruang pamer teknologi karya siswa SMK. Pada 23 Maret 2018, Muha-djir meresmikan technopark yang berlokasi di SMK Negeri 2 Pangkalpinang. Lebih dari satu semester, technopark yang pembangunannya menghabiskan Rp 760 juta itu hanya menjadi ruang pajang karya siswa SMK Negeri 2. “Kami dibantu untuk fisik saja, belum ada kontennya. Tidak ada anggaran operasional,” kata Kepala SMK Negeri 2 Pangkalpinang Yulizarman.

Menurut Yulizarman, pemerintah semestinya juga menggerakkan sekolah lain untuk menciptakan produk bersama di technopark tersebut. Selanjutnya, produk dapat ditawarkan kepada industri.

Kepala Dinas Pendidikan Bangka Belitung Muhammad Soleh mengatakan, selain menjadi ruang pajang, ke depannya technopark dapat dikembangkan menjadi balai pelatihan. Pada tahap awal akan dikembangkan pelatihan las dalam air. “Kami melihat banyak industri di luar negeri membutuhkan tenaga sektor ini. Potensi awal untuk itu sudah memadai,” ujar Soleh.

Selain melalui SMK dan technopark, pelatihan vokasi diberikan melalui balai-balai latihan kerja. Balai ini didirikan pemerintah pusat dan daerah, swasta, industri, serta komunitas. Sampai saat ini, terdapat 303 balai latihan kerja yang mampu menghasilkan 275 ribu tenaga kerja per tahun. Adapun kapasitas produksi balai latihan kerja swasta diperkirakan mencapai satu juta per tahun.

Beberapa industri membuka balai pelatihan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di lingkungan internal perusahaan. PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, misalnya, memiliki Toyota Institute di Karawang. Lulusannya setara dengan diploma 1. Yang terbaru, PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia bersama PT Toyota Motor dan Yayasan Toyota Astra mendirikan Program Kelas Budaya Industri di SMK Tunas Harapan Pati, Jawa Tengah. “Praktik-praktik budaya industri diperkenalkan sejak dini,” kata Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Warih Andang Tjahjono, Agustus lalu.

Tahun depan, Kementerian Ketenagakerjaan akan mendirikan balai latihan kerja di 1.000 pesantren. Targetnya, balai itu bisa menghasilkan 100 orang tenaga kerja terampil per tahun. Dengan investasi Rp 1 miliar per balai, Hanif optimistis penciptaan tenaga kerja terampil ini bakal menekan angka mismatch di pasar tenaga kerja.

Tak mau ketinggalan, Kementerian Komunikasi dan Informatika menggandeng lima universitas dan beberapa perusahaan teknologi raksasa, seperti Microsoft, Amazon, Alibaba Group, Google, dan Cisco, untuk mencetak 1.000 pekerja digital di Tanah Air. “Saya gatel mau bikin ini dan tingkatkan target tahun depan menggandeng 20 kampus,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

Kementerian menyiapkan beasiswa sekitar US$ 5 juta untuk membiayai pendidikan peserta selama dua bulan. Materi yang diajarkan adalah kecerdasan buatan, analisis data, komputasi awan, keamanan siber, dan bisnis digital. “Ini breakthrough bagaimana lulusannya bersertifikat dan langsung bisa masuk dunia digital.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus