Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang - Kepolisian Resor Tangerang mencatat WS alias Babeh, 49 tahun, adalah dukun cabul pelaku sodomi kambuhan.
Dalam interograsi oleh kepala Polresta Tangerang Komisaris Besar M. Sabilul Alif, Babeh mengatakan menyesali perbuatannya. Tapi, doronngan mencabuli anak di bawah umur terus muncul.
"Iman saya tipis, dulu pernah begitu (sodomi) anak-anak di rumah, terus tobat. Tapi entah setan apa yang masuk saya, begitu lagi di kobong (gubuk)," katanya dengan kepala menunduk hari ini, Jumat, 5 Januari 2018.
Pria yang berprofesi sebagai guru honorer di sebuah sekolah dasar (SD) di Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, ini menceritakan bagaimana awal mulanya dia melakukan sodomi hingga korbannya mencapai 25 anak-anak di bawah umur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Dukun Cabul Tangerang Juga Jadi Guru yang Sodomi Bekas Muridnya
Babeh menceritakan, pada Oktober 2016 dia ditinggal istrinya untuk bekerja di Malaysia. WS, yang memiliki anak angkat berusia 23 tahun dan anak kandung yang sudah berumah tangga, merasa kesepian.
WS juga cukup tenar di kampungnya sebagai orang yang memiliki kemampuan mengobati penyakit alias dukun atau orang pintar. Selain itu, yang membuat anak-anak lelaki yang menginjak remaja usia 12 tahun tertarik, Babeh disebut-sebut memiliki ajian Semar Mesem untuk memikat lawan jenis.
"Kata orang-orang saya ini bisa mengobati penyakit, anak- anak yang datang ke gubuk bermain dan ingin minta ajian Semar Mesem itu," ucapnya kepada Sahibul. "Saya katakan harus ada mahar uang. Mereka enggak bisa (memberi) tapi mau saya gituin (sodomi) sebagai kompensasi nanti dapat ajian."
Menurut tersangka, anak-anak yang berusia 12, 13 dan 15 tahun tersebut biasa datang ke rumahnya dan menginap sehingga sodomi dilakukan secara rahasia.
"Mereka diancam kalau bercerita kepada orang lain maka akan kena sial selama 60 hari. Anak-anak ini manut saja," kata Sabilul.
Anak-anak itu juga mau saja diminta menelan gotri (bola besi kecil) sebagai syarat untuk menerima ajian Semar Mesem. WS melakukan sodomi pada April hingga Juli 2017. Sebagian korbannya adalah santri pondok pesantren di dekat rumahnya.
Warga tak suka dengan aktivitas Babeh lalu membakar gubuk di Kampung Sakem, Desa Tamiang. WS mengaku sejak itu dia tobat tak mau sodomi lagi. Tapi rupanya hasrat seksual pria yang menyebutkan telah pisah ranjang dengan istrinya itu timbul lagi pada Oktober 2017. Anak-anak yang ingin mendapat ilmu Semar Mesem mendatangi WS di gubuknya yang baru, yang sebagian bekas siswanya.
Sodomi kepada anak-anak berlangsung lagi selama dua bulan terakhir hingag 2 Desember 2017. Seorang korban Babeh menceritakan kepada orangtuanya dan kemudian melapor ke Polsek Rajeg pada 14 Desember 2017.
"Jadi ada tiga lokasi, selain di gubuk dan rumahnya di Kampung Sakem, tempat berbuat sodomi juga di gubuk baru di Kampung Jawaringan Desa Sukamanah, Rajeg," tutur Sabilul.
Sabilul memerintahkan Kepala Satuan Reserse Kriminal Ajun Komisaris Wiwin Setiawan untuk mengungkap kasus tersebut. Tapi, kasus ini tidak langsung diekspos mengingat harus memeriksa anak-anak lain yang turut menjadi korban. Faktor psikologis anak juga menjadi perhatian. Penanganan juga harus hati-hati agar tersangka tak dihakimi massa.
Pada 20 Desember 2017, Sat Reskrim Unit V PPA, Pimpinan Kanit PPA Ipda Iwan Dewantoro, bersama 4 anggotanya menangkap WS. Kasus diambilalih Polresta Tangerang dengan Pelimpahan Berkas Perkara Nomor B: 151/XII/2017/Sek.Rajeg, tanggal 20 Desember 2017 karena sensitif.
Atas perbuatannya, tersangka dukun cabul pelaku sodomi itu dijerat Pasal 82 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman penjara paling singkat 5 tahun dalam paling lama 15 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini