INI memang menjengkelkan. Di saat rakyat tercekik harga bahan bakar minyak yang melangit, pekan lalu terbetik kabar: anggota DPR akan mendapat jatah mesin cuci. Bukan sembarang mesin cuci yang mereka dapat, melainkan yang seharga Rp 6 juta.
Susah dibayangkan bagaimana mewahnya peralatan itu. Soalnya, mesin cuci yang paling canggih dan serba otomatis dengan kapasitas 8 kilogram di pasaran cuma seharga 4,5 juta rupiah. Kejanggalan itu menimbulkan tuduhan adanya mark-up dalam pengadaannya.
Tapi, pihak Badan Urusan Rumah Tangga DPR melempar tanggung jawab. Mereka malah mengungkapkan bahwa para wakil rakyat di Senayan selama ini memang menjadi obyek bisnis Sekretariat Jenderal DPR.
Tak urung, Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Hukum DPR, Soewardjo, perlu meluruskan. Kata Soewardjo, angka yang disetujui untuk harga sebuah mesin cuci Rp 4,5 juta, bukan Rp 6 juta. Total anggaran yang disediakan untuk 500 anggota dewan sebesar Rp 2,2 miliar. Soewardjo juga menegaskan bahwa mesin cuci itu hanya salah satu inventaris rumah jabatan DPR, di samping televisi, mebel, dan beberapa perlengkapan lainnya.
Walau "hanya" Rp 4,5 juta, harga itu tetap dinilai tak wajar. Sebab, di pasaran banyak mesin cuci dengan kapasitas yang sama bisa dibeli dengan harga sekitar Rp 2 juta, tergantung mereknya. Maka, Chotibul Umam Wiranu, anggota Fraksi Kebangkitan Bangsa, meminta agar Sekretariat Jenderal DPR membatalkan rencana itu.
Yang jadi soal, mengapa para wakil rakyat selama ini tak mengawasi dapurnya sendiri.
Darmawan Sepriyossa, Wens Manggut dan TNR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini