Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Setelah Harga BBM Naik, Apakah yang Terbaik?

Bagi masyarakat luas, yang terbaik adalah sosialisasi kebijakan, birokrasi yang bersih dan cekatan, dana kompensasi yang tepat sasaran.

24 Juni 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGAIMANA harus menyongsong dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)? Biarkan para konsumen menentukan sikapnya sendiri-sendiri. Yang segera terlihat di Jakarta adalah berkurangnya arus kendaraan secara signifikan. Di atas pukul sembilan malam, jalan-jalan mulai lengang. Secara bisnis, yang segera terkena dampak kenaikan harga BBM adalah pengusaha angkutan. Penghasilan menyusut karena konsumen berhemat. Penurunan penghasilan juga akan dialami pengusaha di segala bidang. Pedagang yang bergerak di sektor pangan tak terkecuali. Tapi, apakah kelesuan ini akan berlangsung lama atau hanya sementara, sulit dipastikan. Satu-satunya terobosan yang bisa segera menyemarakkan aktivitas bisnis adalah penguatan nilai rupiah. Namun, gonjang-ganjing politik semakin keras, sehingga peluang ke arah ini nyaris tak ada sama sekali. Tanpa bermaksud melebih-lebihkan, situasi dan kondisi pascakenaikan harga BBM berpotensi mendorong roda ekonomi ke salah satu titik terendah dalam era krisis yang harus kita jalani. Suasana muram yang sarat dengan keprihatinan sungguh tak terelakkan. Tanpa bermaksud melebih-lebihkan pula, dapat dikatakan bahwa kelompok masyarakat yang tetap optimistis dalam keadaan yang sulit ini, agaknya hanya para elite politik tingkat tinggi. Menjelang Sidang Istimewa MPR yang direncanakan awal Agustus 2001, semangat para elite eksekutif dan legislatif kian berkobar dan adrenalin mereka kian terpacu. Hal ini memang sangat wajar menjelang sebuah pertarungan akbar. Masalahnya: apa yang dapat diharapkan masyarakat selain adrenalin kaum elite yang menggebu dan pernyataan para tokoh yang seperti kehilangan arah? Apa yang terbaik yang mungkin mereka peroleh setelah harapan untuk hidup yang lebih berkualitas tiba-tiba direnggut oleh kebijakan yang tak jelas dalam mewujudkan reformasi politik dan menjangkau pemulihan ekonomi? Majalah ini akan mencoba menjawabnya, kendati dengan rasa tercekik di tenggorokan, angka-angka yang berserakan, dan alam pikiran yang sedapat-dapatnya dijernihkan. Dalam kondisi sangat tak menentu seperti sekarang, satu dari tiga hal terbaik yang pantas diperoleh masyarakat adalah kejelasan. Yang dimaksud adalah kejelasan tentang segala hal seputar kenaikan harga BBM, dampak finansialnya yang harus mereka tanggung, dan manfaatnya bagi kehidupan berbangsa secara keseluruhan. Pemerintah harus dapat menjabarkan masalah yang ruwet itu sedemikian rupa sehingga terbentuk persepsi di masyarakat bahwa kenaikan harga BBM itu semata-mata dilakukan demi kebaikan bersama kelak kemudian hari. Pendek kata, harga BBM naik bukanlah semata-mata karena pemerintah menghendakinya naik, atau karena Rizal Ramli berseberangan dengan IMF, ataupun lantaran Pertamina bekerja tidak efisien. Kenaikan harga BBM tanpa alasan yang bisa dipertanggungjawabkan?seperti yang terjadi di masa Orde Baru?sekarang sudah bukan zamannya lagi. Hal kedua terbaik adalah kesungguhan jajaran birokrasi untuk memberikan layanan publik yang bermutu, cepat, dan bebas biaya. Layanan seperti itu mesti diberikan karena masyarakat lagi-lagi telah berkorban akibat berbagai kebijakan yang salah?di masa lampau ataupun di masa kini?yang telah dilakukan pemerintah. Ini berarti aparat harus cekatan, bersih, mengabdi: tanpa mengomel dan tanpa pungutan liar (pungli). Terakhir dan tak kalah penting adalah menyalurkan dana kompensasi (sebesar Rp 2,2 triliun) bagi kaum miskin papa secara tepat sasaran, tanpa ditunda-tunda, tanpa kebocoran. Tiga hal terbaik itu sebenarnya menuntut pekerjaan sederhana tapi mulia, namun sampai kini tak bisa dilakukan oleh birokrasi pemerintah. Mengapa? Minimnya semangat mengabdi dan tingginya nafsu korupsi, baik dulu maupun kini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus