Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Januari-Oktober, Jumlah Sampah di Jakarta Barat Capai 454 Ribu Ton

Sampah diangkut ke TPA Bantar Gebang, Kota Bekasi, sejak Januari-Oktober 2022 dari wilayah Jakarta Barat saja mencapai 454.137 ton.

16 Desember 2022 | 07.09 WIB

Foto udara TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, 24 September 2021. Pemprov DKI Jakarta menyiapkan lahan baru seluas 7,5 hektare sebagai upaya menampung jumlah sampah yang telah mencapai ketinggian 50 meter, sehingga nantinya total luas lahan TPST menjadi 117,5 hektare. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah
Perbesar
Foto udara TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terpadu) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, 24 September 2021. Pemprov DKI Jakarta menyiapkan lahan baru seluas 7,5 hektare sebagai upaya menampung jumlah sampah yang telah mencapai ketinggian 50 meter, sehingga nantinya total luas lahan TPST menjadi 117,5 hektare. ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sampah masih menjadi masalah serius di DKI Jakarta. Untuk wilayah Jakarta Barat saja, sampah yang terkumpul dan diangkut ke Tempat pembuangan Akhir (TPA) Bantar Gebang, Kota Bekasi, sejak Januari-Oktober 2022 mencapai 454.137 ton.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Rata-rata per bulan berat sampahnya mencapai 40 ribu ton," kata Kepala Sudin LH Jakarta Barat, Slamet Riyadi, saat dihubungi di Jakarta, Rabu, 14 Desember 2022 dikutip dari Antara.

Slamet mengatakan tumpukan sampah tersebut terdiri dari sampah rumah tangga hingga hingga sampah yang ditemukan di tempat umum seperti kawasan wisata dan lainnya.

Menurut Slamet, terjadi penurunan jumlah sampah secara drastis di beberapa bulan tertentu. Salah satunya Mei.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600


Di Mei jumlah sampah yang terkumpul mencapai 41.638 ton. Angka tersebut menurun drastis jika dibandingkan dengan Maret serta April, yakni 46.540 ton dan 49.530 ton.

Slamet menjelaskan penurunan jumlah sampah tersebut dikarenakan bulan Mei bertepatan dengan hari raya lebaran. Mayoritas warga kala itu bertolak ke kampung halaman sehingga produksi sampah di permukiman berkurang.

Bulan berikutnya, jumlah sampah kembali beranjak hingga akhirnya mencapai 48.553 ton pada Oktober.

Untuk mengurangi jumlah sampah di setiap kecamatan, Slamet berupaya menggerakkan jajarannya di wilayah untuk memanfaatkan sampah menjadi barang layak pakai seperti pupuk hingga pestisida.

Beberapa sampah plastik juga didaur ulang untuk dijadikan sebagai bahan kerajinan tangan. Bahkan ada beberapa sampah yang disulap menjadi sabun.

Dia berharap dengan upaya tersebut, sampai di wilayah Jakarta Barat bisa berkurang dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sebelumnya, Slamet beserta jajarannya telah menjadikan 265 RW di wilayah Jakarta Barat sebagai wilayah percontohan pengolahan sampah.

"Ada 265 RW yang menjadi percontohan untuk melakukan pemilahan dan pengelolaan sampah di tingkat RW. Itu kolaborasi dengan lurah, camat, RW," kata Slamet pada beberapa waktu lalu.

Pada program itu, Slamet mengatakan warga di lingkungan 265 RW tersebut akan dididik untuk memilah sampah jenis organik dan non organik.

Nantinya, sampah non organik akan diarahkan untuk disalurkan ke bank sampah sehingga bisa menghasilkan uang. Sedangkan untuk sampah organik bisa diolah kembali menjadi pupuk kompos.

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus