Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Pasangan calon presiden gencar memperlihatkan aktivitas mereka di media sosial masing-masing.
Calon dengan elektabilitas tinggi cenderung memiliki komunikasi yang baik di media sosial.
Data dari media sosial tidak bisa digunakan sebagai sumber utama mengukur elektabilitas.
Menjelang pemilihan presiden 2024, para pasangan calon gencar memperlihatkan aktivitas mereka di media sosial masing-masing. Beberapa dari mereka membuat unggahan unik, seperti dilakukan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar. Pada 23 Oktober lalu, akun Instagram Anies memperlihatkan kedekatan pasangan dari Koalisi Perubahan itu lewat konten video.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Unggahan tersebut berjudul "Tiga Fungsi Sarung". Dalam video, Muhaimin menjelaskan bagaimana santri biasa menggunakan sarung. Pada akhir video, ia tampak menyabet Anies dengan kain yang dipegangnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hingga kemarin, terlihat 11 ribu orang sudah melihat video tersebut. Jumlah yang cukup banyak dibanding beberapa video lainnya di akun Anies. Tretan Muslim, stand-up comedian dengan 1,7 juta pengikut, juga membuat parodi dari unggahan itu.
Dedi Kurnia Syah, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion, mengatakan konten pasangan Anies dan Muhaimin itu jelas untuk menggaet popularitas. "Khususnya bagi pemilih pemula."
Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan daftar pemilih tetap nasional untuk Pemilu 2024 sebesar 204.807.222 jiwa. Dari jumlah itu, sebanyak 52 persen di antaranya merupakan pemilih muda.
Pasangan bakal calon presiden dan calon wakil presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar melakukan pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, 19 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.
Gen Z dan milenial, menurut Dedi, menguasai media sosial. Mereka memiliki akun Facebook, Instagram, ataupun X (Twitter). Karena itu, kampanye media sosial dianggap ampuh untuk menaikkan popularitas dan menggaet suara para pasangan calon.
Dalam hal branding, media sosial memberikan kebebasan kepada pasangan calon untuk menciptakan citra yang diinginkan. Misalnya, merancang konten-konten kreatif lewat video, infografis, dan grafik yang mendukung pesan-pesan kampanye mereka. Menurut Dedi, dengan kebebasan ini, pasangan calon dapat membangun identitas visual yang kuat, mengkomunikasikan nilai-nilai mereka, dan menarik perhatian pemilih muda yang dominan menggunakan media sosial.
Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, serta Prabowo Subianto tampak aktif di media sosial masing-masing.
Ganjar, yang memiliki 6,3 juta pengikut di Instagram, misalnya, setiap hari mengunggah aktivitasnya. Dari kunjungan hingga kegiatan bersama keluarga. Begitupun di akun X-nya yang memiliki lebih dari 3 juta pengikut. Hal serupa dilakukan Prabowo di akun Instagram-nya yang diikuti 6,2 juta pengguna.
Dedi menilai, dari aktivitas dan jumlah pengikut saat ini, Ganjar merupakan calon presiden paling aktif. Hal itu terlihat dari unggahan-unggahan terbarunya yang dikomentari 4.000-8.000 orang.
Meski demikian, menurut Dedi, kendati Anies mendapat kunjungan lebih sedikit, pengikutnya di media sosial lebih loyal. "Sebagian besar komennya berasal dari pendukung yang organik, bukan buatan," kata dosen Ilmu Komunikasi Universitas Telkom ini.
Pasangan Bakal Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka bersiap menjalani pemeriksaan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, 26 Oktober 2023. TEMPO/M Taufan Rengganis
Mereka memanfaatkannya menjadi wadah yang sangat efektif untuk berinteraksi langsung dengan pemilih. Mereka tidak hanya menggunakan platform-platform ini untuk menyebarkan pesan kampanye mereka, tapi juga agar dekat dengan pengguna.
Meski demikian, ujar Dedi, sejauh ini tidak ada data yang menunjukkan dampak interaksi kandidat di media sosial dengan elektabilitasnya. Tapi calon dengan elektabilitas yang tinggi cenderung memiliki komunikasi yang baik di media sosial.
Aditya Perdana, pengamat politik dari Universitas Indonesia, sependapat dengan Dedi. Menurut Aditya, meski jumlah pengikut dan komentar yang mereka dapatkan jutaan, hal itu tidak serta-merta menjamin mereka akan mendulang banyak suara.
Namun, menurut Aditya, hal tersebut bisa dimanfaatkan untuk menaikkan popularitas dan membuat media massa tertarik mengangkatnya dalam pemberitaan. "Karena masyarakat, khususnya yang ada di daerah pelosok, masih mengkonsumsi berita dari media massa," ujarnya.
Karena itu, menurut Aditya, media sosial merupakan sarana kampanye paling murah untuk bisa menjangkau banyak tempat. Berbeda dengan pertemuan langsung yang hanya menjangkau beberapa tempat.
Namun, tutur Aditya, sumber data dari media sosial tidak bisa digunakan sebagai sumber utama untuk mengukur elektabilitas. Indikator ini juga tidak bisa digunakan di daerah-daerah tanpa Internet. Namun di daerah lain ada kecenderungan banyaknya percakapan di media sosial dapat mendongkrak elektabilitas. "Terlepas dari baik-buruknya pasangan calon yang dibicarakan."
Aditya mencontohkan Prabowo pernah menjadi pembicaraan lebih banyak di Facebook di Jawa Barat dibanding Jokowi dalam pilpres 2019. Dan Prabowo pun mendapat suara terbanyak di daerah tersebut. "Tapi ini tidak konsisten di banyak daerah," katanya. Ada sosok yang banyak dibicarakan di sebuah wilayah, tapi hasilnya tidak banyak yang memilihnya.
Rizal Nova Mujahid, Senior Data Analyst Drone Emprit, mengatakan sistem penelitian berbasis teknologi mencatat perbincangan tentang pasangan calon meningkat saat penetapan. Dalam publikasi Drone Emprit pada 1 September lalu disebutkan pembicaraan soal Anies dan Muhaimin mencapai puncaknya pada 31 Agustus. Terdapat 25.021 pembahasan di platform X yang dipicu oleh terpilihnya Muhaimin sebagai calon wakil presiden.
Pada 23 Oktober, jumlah percakapan juga meningkat di media sosial yang sama. Tercatat ada 51.203 unggahan yang membahas pengangkatan dan deklarasi Gibran Rakabuming Raka sebagai pasangan Prabowo. "Didominasi oleh percakapan bernada negatif karena putusan Mahkamah Konstitusi soal batas usia calon wakil presiden."
ILONA ESTERINA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo