Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Keluarga Ikhlaskan Kematian Kakek 75 Tahun di Jakarta Barat Saat Cekcok dengan 4 Petugas PLN

PLN telah menyampaikan permintaan maaf dan memberikan santunan. Keluarga juga menganggapnya sebagai musibah.

4 Desember 2023 | 10.22 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gunarsih dan anak-anaknya telah mengikhlaskan kepergian, Hidayat 75 tahun, suami dan ayah mereka yang meninggal saat cekcok dengan empat petugas PLN yang mau memutus sambungan listrik rumah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hilman sebagai anak kedua mengatakan, dia dan ibunya bernama Gunarsih (58 tahun) mengikhlaskan kematian ayahnya. "Kalau saya ikhlas, namanya takdir kan gak tahu," ujar Hilman saat ditemui di rumahnya di Gang Waspada Buntu, Kelurahan Tanah Sereal, Tambora, Jakarta Barat, Sabtu, 2 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hidayat menghembuskan nafas terakhir saat terlibat cekcok dengan empat petugas PLN yang hendak memutus listrik di rumahnya pada, Selasa, 28 November 2023 pukul 13.30 WIB. "Orang abis makan, salat zuhur," ujar Gunarsih.

Empat petugas PLN itu datang untuk memutus listrik karena rumah tersebut menunggak pembayaran tagihan listrik yang seharusnyya sudah dibayar paling lambat Senin, 20 November 2023.

Semula petugas PLN itu ribut dengan Gunarsih. Lalu Hidayat keluar rumah dan ikut menghadapi empat petugas tersebut. Adapun Gunarsih memilih untuk segera membayar tagihan listrik ke Alfamart dan meninggalkan suaminya sejenak.

"Namanya orang tua ya, kalau gini-gini kan kepicu, punya darah tinggi," katanya.

Setibanya dari Alfamart, Hidayat sudah tergeletak di jalan rumahnya. Gunarsih pun berteriak, begitu juga dengan tetangganya yang melihat Hidayat jatuh.

Kemudian tubuh Hidayat digotong ke dalam rumah dibantu tetangga lainnya. Seorang dokter datang membantu cek fisik lansia tersebut.

Saat terkapar, Gunarsih sempat mengupayakan pertolongan pertama. Dia juga sempat ingin memberikan minum, namun ada sedikit darah yang keluar dari mulut suaminya.

"Ini udah nggak ada nadi, napas gak ada, mata udah gak bersinar," ucap Gunarsih menirukan ucapan dokter yang memeriksa Hidayat.

Gunarsih, istri dari Hidayat, warga Gang Waspada Buntu Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, saat ditemui di rumahnya, Sabtu, 2 Desember 2023. Suaminya baru meninggal usai cekcok dengan petugas yang menagih iuran listrik PLN. Tempo/M. Faiz Zaki

Empat petugas PLN yang dilihat Gunarsih sempat ingin langsung pergi dengan berjalan ke ujung gang. Mereka pun ditahan warga, lalu diinterogasi oleh pihak RT dan RW serta dilakukan penyitaan KTP.

Saat diperiksa, empat orang itu bukan langsung dari pihak PT PLN (Persero). "Itu vendornya, datanya di RT-RW," tutur Gunarsih.

Kepada jenazah Hidayat, pihak keluarga langsung mempersiapkan pemakaman. Lansia itu dikebumikan pada hari yang sama pukul 20.30 di Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten.

Hilman menilai petugas vendor PLN itu melontarkan kalimat yang kurang pantas pada orang tuanya, yaitu walau dibayar, listrik tetap bakal diputus. "Kalau nggak ngomong begitu, mungkin gak terlalu emosi," tutur pemuda 28 tahun tersebut.

PLN sampaikan permintaan maaf dan memberi santunan

Gunarsih mengatakan, pihak manajerial PLN sudah datang ke rumah untuk meminta maaf pada Jumat malam, 1 Desember 2023. Masalah ini dipastikan berakhir damai antara kedua belah pihak. "Dari PLN semua udah datang semalam. Udah nggak ada apa-apa, kasian mayatnya," katanya.

Walau begitu, pihak keluarga menunggu itikad baik empat petugas yang berhadapan langsung dengan Hidayat. Mereka meminta agar petugas itu meminta maaf secara langsung.

Pihak PLN, kata Gunarsih, sudah memberikan uang santunan sebagai dukacita. Namun dia tidak berkenan menyebut jumlah karena baginya itu disyukuri saja.

Gunarsih, ibu Hilman, mengatakan sudah ikhlas dengan kepergian Hidayat. Pihak keluarga juga tidak akan menuntut karena sudah ada permintaan maaf dari manajemen PLN. "Kami nggak nuntut apa-apa, namanya musibah," katanya.

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus