Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cedera lutut bisa berdampak sangat signifikan terhadap keseluruhan aktivitas fisik karena bagian tubuh tersebut menjadi penopang seluruh tubuh yang memungkinkan kita berjalan, naik-turun tangga, berlari, atau melompat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Secara anatomi, terdapat empat ligamen utama pada lutut, yakni anterior cruciate ligament, posterior cruciate ligament, medial collateral ligament, dan lateral collateral ligament.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Direktur Pendidikan Konsultan Indonesian Hip & Knee Society Andre Pontoh, keempat ligamen itu berfungsi menjaga stabilitas sendi lutut. Selain itu, di sekitar lutut terdapat bantalan sendi (meniskus), beberapa otot, serta tendon.
Dengan anatomi seperti itu, trauma pada lutut dapat menimbulkan cedera di tulang, tulang rawan, bantalan sendi, ligamen, otot, serta tendon. Gejala yang terjadi umumnya adalah nyeri, bengkak, kaku, atau sendi lutut menjadi tidak stabil.
Trauma pada lutut dapat dibedakan menjadi dua, yakni langsung dan tidak langsung. Pada jenis pertama, trauma ini terjadi karena dampak langsung pada sendi lutut, seperti terbentur benda keras.
Artikel terkait:
Waspadai Lutut yang Bergemeretak, Bisa Jadi Ada Masalah Sendi
Bikin Sulit Berjalan, Kenali Penyebab Nyeri Lutut
Penanganan Baru Nyeri Lutut: Genicular Nerve Block Ablation
Trauma jenis ini kerap tidak dapat dicegah karena sebagian besar terjadi saat kecelakaan. Dampak berat yang sering timbul adalah patah tulang.
Adapun trauma tidak langsung terjadi karena dampak pada sendi lutut, seperti cedera akibat posisi lutut yang terpuntir saat mendarat setelah lompat dan berhenti atau berubah arah secara tiba-tiba saat berlari. Trauma jenis ini sering lebih serius dari patah tulang, seperti kerusakan pada tulang awan, bantalan sendi, dan ligamen. "Penanganannya pun kerap memerlukan tindakan operasi," ujar Andre.
Menurutnya, aktivitas seperti futsal, sepakbola, bola basket, bulu tangkis, atau bela diri memiliki risiko tinggi trauma tidak langsung. Pasalnya, olahraga-olahraga tersebut kerap memaksa orang melakukan gerakan tiba-tiba pada lutut.
Karena itu, kita perlu tahu jenis aktivitas yang cocok untuk tubuh agar dapat terhindar dari cedera lutut. Bagi yang berusia di atas 40 tahun, dia menganjurkan hindari olahraga high impact, seperti futsal, sepak bola, bola basket, bulu tangkis, dan bela diri.
Pilihlah olahraga low impact, seperti jalan kaki, yoga, berenang, dan bersepeda. Selain itu, lakukan beberapa latihan yang dapat memperkuat sendi lutut, seperti leg press, hamstring curls, single leg stance, heel rises, calf stretch, dan hamstring stretch.
Dalam menangani berbagai masalah kesehatan lutut, Andre menggunakan teknologi arthroscopy atau tindakan bedah dengan sayatan kecil yang didukung dengan bantuan komputer sehingga dapat menjaga akurasi dan presisi.