Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kota Bogor Ingin Punya Angkot Listrik, Minta Bantuan ke Pemerintah Pusat

Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat ingin mengganti angkot berbahan bakar minyak (BBM) dengan angkot berdaya listrik.

3 Desember 2022 | 16.29 WIB

Petugas PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) sedang mengisi BBG angkutan kota (angkot) di SPBG, Bogor, Jawa Barat. 28 September 2017. Saat ini ada sekitar 500 angkot di Bogor yang menggunakan BBG. Setiap bulan, angkot-angkot itu menyerap 150.000 meter kubik BBG. TEMPO/Amston Probel
Perbesar
Petugas PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) sedang mengisi BBG angkutan kota (angkot) di SPBG, Bogor, Jawa Barat. 28 September 2017. Saat ini ada sekitar 500 angkot di Bogor yang menggunakan BBG. Setiap bulan, angkot-angkot itu menyerap 150.000 meter kubik BBG. TEMPO/Amston Probel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat ingin mengganti angkot berbahan bakar minyak (BBM) dengan angkot listrik. Namun, mereka meminta bantuan dari pemerintah pusat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Bisa menjadi pilihan, tapi kita tetap butuh dukungan pemerintah pusat. Angkot BBM ke angkot listrik butuh berapa jika dikonversi," kata Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim dikutip dari Antara, Jumat, 2 Desember 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dedie menjelaskan pertimbangan mengganti angkot dengan kendaraan listrik ini lantaran masih banyak angkot di Kota Bogor yang beroperasi. Di sisi lain, Biskita Trans Pakuan, angkutan bus yang menjangkau hingga ke wilayah-wilayah, masih terbatas.

Dedie menuturkan pilihan itu muncul untuk program Pemerintah Kota Bogor dalam penataan transportasi yang selama ini cukup rumit mengatasi kemacetan, tapi kini mulai membaik seperti sekitar area sistem satu arah (SSA) mulai Tugu Kujang, Pasar Bogor, Surya Kencana, Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, Lapangan Sempur hingga kembali ke Tugu Kujang.

Sebelumnya, mulai dari Tugu Kujang hingga Pasar Bogor selalu mengalami kemacetan panjang akibat angkot dan penumpangnya yang kurang tertib serta para pedagang kaki lima. Ditambah kondisi mobil angkot yang banyak sudah kurang laik jalan.

Di samping itu, kata Dedie, Pemerintah Kota Bogor memiliki program untuk menyebarkan aktivitas masyarakat yang bertumpu di pusat kota mulai mengisi ke wilayah-wilayah perbatasan.

Oleh karena itu, konversi angkot menjadi penting untuk mengurangi volume kendaraan tersebut di pusat kota dan digantikan oleh Biskita Trans Pakuan. Sebagian angkot yang masih akan beroperasi di wilayah perbatasan pun perlu perubahan seiring kebijakan pemerintah pusat soal kendaraan listrik.

"Pertimbangan angkot listrik masih perlu pendalaman, sementara Biskita Trans Pakuan juga terus didorong untuk penambahan koridor," katanya.

Dedie menerangkan masih ada dua koridor Biskita Trans Pakuan yang siap mengkonversi angkot 3:1 namun masih menunggu koordinasi lebih lanjut dengan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).

Percepatan koridor 3 dan 4 pada skema BTS BisKita dianggap penting karena trayek yang dilayani pada koridor 3 adalah Terminal Bubulak - Sukasari/Lawang Gintung, sedangkan koridor 4 melayani Ciawi - Pomad/Ciparigi. Koridor 3 memiliki panjang koridor sebesar 25,4 kilometer, dan koridor 4 sepanjang 36,0 kilometer.

BisKita Trans Pakuan, sambung Dedie, kini sudah menjadi moda transportasi alternatif yang begitu diminati masyarakat, sehingga Pemkot Bogor masih memerlukan dukungan untuk menambah koridor. Total penumpang sampai dengan saat ini adalah 4.728.484 orang.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus