Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Depok - Polisi mengatakan kalau polisi masih menyelidiki penyebab pasti kematian siswi SD di Depok, tepatnya di SDN Anyelir 1 Pancoran Mas. Sebelumnya diberitakan bahwa siswi yang seharusnya sedang menjalani tryout UN bersama teman-temannya itu meninggal di kamar mandi sekolah dengan pintu terkunci dari dalam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Polisi belum bisa memastikan penyebabnya sepanjang belum melakukan autopsi. Langkah penyelidikan itu dirintangi keluarga yang menyatakan kepada polisi telah merelakan kematian tersebut. "Jadi belum bisa disimpulkan tapi penyelidikan masih dilakukan," kata Kepala Sub Bagian Humas Polres Kota Depok Ajun Komisaris Firdaus, Kamis 14 Maret 2019.
Hingga hari itu, Daus mengungkapkan kalau polisi telah memeriksa lokasi kamar mandi dan meminta keterangan dari sejumlah saksi di luar keluarga. Dari lokasi, polisi menemukan bekas muntah. Sedang dari saksi petugas sekolah di antaranya diketahui adanya teriak korban dari dalam kamar mandi sekitar Pukul 13 WIB.
Daus menyebutkan, berdasarkan kronologis yang dihimpun, korban diduga meninggal di rumah sakit. Ketika dibawa keluar oleh guru dari kamar mandi, siswi tersebut diduga masih hidup. Sesaat sebelumnya, guru yang menerima laporan teriakan itu langsung mendobrak pintu kamar mandi.
"Jadi ketika korban ditemukan di kamar mandi kemudian oleh guru dibawa ke ruang guru setelah di ruang guru kemudian dibawa ke rumah sakit," kata Daus sambil menambahkan, "Jadi diketahui meninggal kepastiannya ketika berada di rumah sakit."
Daus mengaku kalau polisi baru mengetahui sebatas itu. "Karena memang masih menunggu hasil penyelidikan seluruhnya untuk terkait kondisi korban," kata Daus.
Sebelumnya, Kepala Polsek Pancoran Mas Komisaris Roni Agus Wowor mengatakan, orang tua korban masih syok sehingga belum bisa memberikan keterangan. Proses penyelidikan kematian siswi SD di Depok disebutnya menjadi bergantung permintaan keluarga.
"Dan hingga saat ini orang tua bisa menerima kejadian ini sebagai suatu takdir atau musibah, dan tidak bersedia anaknya diautopsi,” kata Roni.