Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Kupu-kupu, ke Mana Kau Terbang?

Perdagangan kupu-kupu di Jepang, kebanyakan berasal dari Indonesia. 

2 Oktober 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KUPU-KUPU yang lucu, ke mana engkau terbang? Ke Jepang, jawab mereka dengan gembira. Betul. Ulat yang semula merambat lamban di hutan-hutan Tana Toraja, kini dapat kita temui sebagai kupu-kupu kering dalam kotak kaca di pertokoan Tokyo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dewasa ini tak kurang dari 10 toko kupu-kupu di Tokyo melayani ribuan penggemar serangga. Dan kupu-kupu dari Indonesia menjadi terkenal, terutama semenjak terbitnya ensiklopedia Butterflies of The South East Asian Islands, 1980. Pengarangnya Etsuzo Tsukada, 42 tahun, bersama 11 orang anggota stafnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku ini dianggap menggemparkan kalangan pecinta kupu di seluruh dunia karena menampilkan 120 penemuan baru--yang tak pernah terjadi selama setengah abad belakangan ini. Di antaranya terdapat tiga genus (jenis) baru dan 70 spesies yang belum pernah dikenal, semuanya berasal dari kepulauan kita.

Kisahnya bermula ketika Tsukada berangkat ke Indonesia, 1978, dan memulai penelitiannya dari Sumatera Utara, Jawa, Bali dan Lombok. Tsukada memerlukan tinggal 10 hari di tiap lokasi."Kupu-kupu di Indonesia dalam keadaan gawat akibat krisis yang ditimbulkan perubahan lingkungan, " kesimnpulan Tsukada, seperti dikatakannya kepada koresponden TEMPO di Tokyo. "Penghidupan kupu-kupu di Jawa Barat, misalnya, benar-benar berubah akibat penebangan hutan."

April 1979, Tsukada balik ke Indonesia dan memilih daerah-daerah yang masih perawan. "Di hutan-hutan pedalaman, saya yakin kehidupan kupu-kupu belum terjamah tangan manusia." Lalu ia mengambil hutan-hutan Sulawesi Selatan yang memang belum pernah diteliti baik oleh pemerintah kolonial maupun pemerintah Republik.

Suatu hari, seekor kupu-kupu jantan menggelepar dalam jaring si Jepang. Tepian sayapnya hitam, lantas bergaris cokelat, di tengahnya krem keputih-putihan. Kupu-kupu apa ini? Belum ada buku menyebutnya. (Memang telah terbit ensiklopedia kupu-kupu di Inggris, Jerman dan Belanda).

Nirvana hypnus, begitu Tsukada menamai jenis baru dari golongan satyridae yang didapatnya di Tana Toraja ini. Dr R.I. Vane Wright, Kepala Bagian Kupu kupu dari British Museum, memuji penemuan itu. "Meski anda bukan sarjana, saya memuji cara kerja ada yang ilmiah," katanya.

Tsukada, adalah pemilik pabrik barang plastik seperti kotak kaset, tempat surat dan sebagainya. Mengaku tergila-gila pada kupu kupu dan sekarang menghamburkan uangnya untuk kegemarannya. "Di hutan-hutan tinggi seperti di G. Kambuno (2.950 m), G. Tolondokaland (2.884 m), di Kabupaten Luwe dan Tatla Toraja, kami bisa menemukan 20 spesies baru tuturnya.

Sepulang ke Jepang, Tsukada menerbitkan ensiklopedi berwarna dengan biaya sendiri. Ada tujuh edisi yang sudah siap. Dua di antaranya sudah terbit. Edisi pertama menghabiskan biaya 55 juta yen, dicetak 2.000 eksemplar dan dijual sekitar Ri 50.000 tiap buku. Edisi kedua tentang Pieridae Danaidae, Kupu-kupu Putih dan Kuning, lebih mahal: Rp 70.000 per eksemplar. Menurut rencana, sampai akhir 1984, nanti menyusul 5 edisi lagi.

Untuk kepentingan risetnya di Indonesia, sekitar 300 juta yen telah dihabiskan. Dan untuk satu riset Tsukada bersama anak-buahnya tak tanggung-tanggung berkuda sampai berhari-hari masuk-keluar hutan. "Penemuan di Sulawesi Selatan itu saya dapat setelah empat hari naik kuda dari kampung terakhir di kaki gunung."

Perdagangan kupu-kupu di Jepang, dan ini tak begitu banyak diketahui orang, merupakan dunia yang memberi keasyikan tersendiri. Sekitar 2.000 orang menghamburkan duit antara 1,5 hingga 2 juta yen untuk kupu-kupu setiap tahun. Tidak terhitung para pembeli kupu-kupu eceran, untuk bingkisan.

Dan kupu-kupu dari Indonesia yang sudah dimasukkan kotak kaca, terhitung laris--meski harga paling 'mesin terbang' ornithoptera, yang banyak terdapat di Irian Jaya, Maluku dan Sulawesi, merupakan kupu-kupu yang dilindungi oleh Konvensi Washington sebagai fauna yang langka.

Indonesia sebenarnya melarang penjualan 14 jenis kupu-kupunya yang mahal bisa mencapai Rp 200 ribu setiap pasang. "Harga termahal itu untuk jenis kupu kupu terlarang dari Irian Jaya," kata seorang pemilik toko kupu-kupu yang merahasiakan namanya. Jenis golongan Si Sayap Burung, papilionidae Ini. Dan Jepang juga sekaligus mengeluarkan larangan mengimpornya.

Tapi entah bagaimana, jenis termahal dengan nama Ornithoptera Goliath dari Irian ini toh masih dapat ditemukan di sana. Konon penduduk, anak-anak muda kita khususnya, biasa menjual kepada pedagang perantara dengan harga Rp 100 sampai Rp 600. Oleh makelar di Jakarta lantas dipasang tarif US$ 100 sampai US$ 200. Dan di Jepang mencapai US$ 170 sampai US$ 300 sejodoh .

Penjual kupu-kupu tua di toko itu menceritakan, dulu harga sepasang 'mesin terbang' ini bisa mencapai US$ 1.000 sampai US$ 2.000 di Jakarta. Dan di Tokyo bisa dijual US$ 2.500. "Tetapi sekarang penawaran terlalu banyak di Indonesia. Jumlahnya menjadi berlimpah, dan harganya jatuh sama sekali." Kupu-kupu itu masuk ke Jepang melalui pos udara--dalam amplop dan dos.

Untuk mecegah tak terkendalikannya jumlah mereka, beberapa pedagang kupu di Jepang mempunyai partner penjual kupu di Jakarta. Dari berbagai daerah kupu-kupu itu dipilih dan diatur per jodoh. Baru dikirimkan ke Jepang. Namun ada juga yang langsung dikirim dari Manokwari, Irian Jaya.

Sebuah CV bernama Nusa Harapan, dikenal sebagai pengumpul kupu-kupu di sekitar Danau Anggi, di Pegunungan Arfak. "Belakangan ini, CV yang dipimpin Benie Talisman itu kabarnya memperdagangkan kupu-kupu dari Pulau Waigeo," kata Koiwaya, pengusaha toko serangga di Tokyo.

Dalam pada itu Etsuzo Tsukada membenarkan, cukup banyak makelar kupu-kupu di Jakarta. "Sejak lima tahun ini rata-rata mereka tiga kali dalam setahun datang ke Jepang. Setiap datang membawa sekitar 100 sampai 200 kupu-kupu sebagai contoh," katanya.

Konon para pengusaha kupu-kupu dari Jakarta itu sudah mendapat izin mengekspor, setelah membayar sekitar Rp 2 juta . "Akibatnya harga kupu-kupu jadi lebih tinggi. Sayang. Terutama kalau di antaranya ada yang sangat penting bagi ilmu pengetahuan." Tsukada menambahkan.

Kemungkinan ditemukannya jenis baru dari Indonesia tampaknya selalu terbuka. Dari hutan-hutan Kalimantan yang sedang dibabat itu misalnya. Penebangan yang membabi buta memang mempercepat lenyapnya ulat, calon kupu-kupu yang mungkin belum dikenal.

Sebab itu, pada tempatnya jika Indonesia meratifikasi Konvensi Washingto tentang perlindungan tumbuhan dan fauna yang langka. Sayangnya pengawasan untuk ekspor kupu-kupu ini memang tidak mudah.

Adapun jenis yang diketemukan Tsukada terdiri dari dua golongan salyridae dan satu lagi dari hesperilidae. Dua yang pertama sudah diberinya nama, Pseudomycalesis Tanuki dan Nirvana Hypnus. Satu lagi belum.

"Sebetulnya sulit mengadakan penelitian kupu-kupu di Indonesia. Sebab tidak jelas, siapa dan instansi mana yang harus dihubungi," kata Tsukada. Ia bertekad menerbitkan tujuh jilid yang sudah ditulisnya dalam bahasa Jepang itu ke dalam bahasa Inggris juga. "Habis itu saya berangkat mencari kupu baru lagi di Amazona, Brazilia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus