Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Lingkar Madani: Tren Pemilu Bergeser ke Citra Partai Bukan Caleg

Preferensi pemilih dalam Pemilu bukan lagi terhadap figur tapi partai, maka caleg yang masuk ke daftar top list pun akan diuntungkan.

27 Oktober 2018 | 15.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Lingkar Madani Ray Rangkuti mengatakan tren Pemilihan Umum atau Pemilu sudah cenderung bergeser pada citra partai bukan lagi pada figur calon legislatif.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adanya peraturan Pemilu yang mengatur bahwa memilih logo partai tanpa mencoblos calon legislatif, dihitung suara untuk dua nomor teratas partai, menurut Ray memperumit sistem pemilihan. Ia mengatakan preferensi pemilih bukan lagi terhadap figur tapi partai, maka caleg yang masuk ke daftar top list pun akan diuntungkan.

"Makin ke sini berkurang preferensi pemilih terhadap orang. Bukan karena apa, tetapi karena tingkat kerumitan dalam pemilu yang sifatnya serentak ini," ujar Ray di sela acara diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu 27 Oktober 2018.

Calon Legislatif dari Partai Persatuan Pembangunan atau PPP, Lena Mariana Mukti mendukung pernyataan tersebut. Menurut Lena hal ini sudah dibuktikan oleh Data Pusat Kajian Politik (Puskapol) Fisip Universitas Indonesia, yang mengkaji hasil pemilu 2009 dan 2014.

Hasil kajian ini, kata Lena, menunjukkan keterpilihan caleg nomer urut satu ada pada angka di atas 60%. "Di bawah itu bila terpilih, sudah tergolong luar biasa," ujar Lena, yang kini berkampanye untuk Dapil Jakarta II dengan nomer urut 1 ini.

Hal ini terjadi, menurut Ray, selain karena preferensi kepada partai politik yang naik, dipengaruhi pula oleh keterbatasan waktu saat memilih di TPS. Dengan berbagai tekanan, 10 menit, kata Ray, adalah waktu paling lama seseorang di bilik TPS. Sehingga mereka tak punya cukup waktu untuk mengamati satu persatu caleg yang ada.

Ia menyarankan Komisi Pemilihan Umum untuk memperlonggar lagi waktu Pemilu, dengan cara mengurangi kuota pemilih per TPS, atau menambah lagi jumlah TPS. Selain itu ia mengusulkan agar kertas suara yang lengkap dapat terlebih dahulu disosialisasikan agar pemilih dapat terbantu. "Secara teknis perlu dipikirkan lagi ke depan," kata dia.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus