Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Massa aksi solidaritas untuk Palestina melakukan negosiasi dengan polri agar bisa masuk ke gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat. Hal itu terjadi ketika massa aksi memaksa masuk ke gedung kedutaan. "Merapattt!!," kata mereka sambil menyanyikan sholawat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, polri menjelaskan bahwa surat pernyataan yang diajukan ke kedubes Amerika harus melalui Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. Perundingan pun dilakukan antara polri dengan pihak kedubes. Polri juga meminta agar massa lebih dulu mematikan api kecil yang sengaja dibuat di tengah keramaian aksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Api di situ tolong dimatikan dulu," kata Kapolsek Metro Gambir Kompol Mugia Yarry Junanda pada Rabu, 11 September 2023. Tak ada pengelakan dari massa aksi. Perintah itu langsung dituruti.
Melalui perundingan, akhirnya RSO atau petugas keamanan di kedubes Amerika Serikat mau menemui massa. Dia datang sendiri, didampingi penerjamah. Dia kemudian menemui Ketua PA 212 Slamet Maarif di balik pagar barikade kawat besi. Dia memakai masker sehingga tak begitu jelas ekspresinya.
Di sana, Slamet memberikan surat pernyataan sikap tentang operasi Taufan Al Aqsha oleh Hamas kepada kedutaaan besar AS. Dia mengatakan tujuan daripada aksi tersebut. "Kami berharap Amerika berperan besar untuk membuat perdamaian antara Israel dengan Palestina," ujar Slamet.
Dia juga meminta agar hal itu disampaikan kepada kedutaan besar Amerika. Setelah surat diterima, massa aksi tak langsung bubar. Mereka melanjutkan orasinya di depan gedung.
Aksi itu sendiri sebagai bentuk solidaritas untuk Palestina. Menurut koordinator lapangan Buya Husein ada sekitar 1000 massa yang ikut turun ke jalan. Massa itu terdiri dari front pembela islam (FPI), Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Presidium Alumni (PA) 212. Aksi dimulai sejak 13.00 WIB. Menurut pantauan Tempo, hingga pukul 17.00 massa aksi masih menyampaikan orasinya.