Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mencari Jawaban di Daun Jambu

25 Mei 2009 | 00.00 WIB

Mencari Jawaban di Daun Jambu
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

KEBIASAAN orang desa minum perasan daun jambu klutuk ketika terserang muntah dan diare memberinya inspirasi. Dari pengobatan tradisional itu, dokter Soeprapto Ma’at, apoteker yang bergerak di bidang pengobatan herbal, meneliti secara klinis manfaat daun tersebut, sejak lima tahun lalu. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga ini juga meriset faedah buah jambu biji merah yang diketahui mampu menyembuhkan penyakit demam berdarah.

Riset ternyata membuktikan, kandungan zat untuk meningkatkan trombosit dalam buah jambu batu merah sangat kecil. Justru daunnya yang memiliki kandungan besar. Ini terbukti setelah mencit yang trombositnya diturunkan diberi ekstrak daun jambu biji. Ternyata kadar trombositnya naik.

Riset Soeprapto itu lalu dibawa ke pusat penelitian penyakit tropis Universitas Airlangga Surabaya. Menurut Kepala Riset Unit Demam Berdarah di Institute of Tropical Disease, Profesor Doktor Soegeng Soegijanto, dua tahun lalu, riset ini dikembangkan bekerja sama dengan Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Ekstrak daun jambu biji itu diberikan kepada para pasien demam berdarah Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya, RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, dan Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung.

Penelitian dengan memberikan larutan daun jambu itu berjalan setahun lebih, dan berlangsung tertutup. Pemilihan pasien pun acak. Pasien demam berdarah diberi minum ekstrak daun jambu tanpa mereka tahu. Dokter yang menangani pun tak tahu. Ekstrak daun jambu disuguhkan dengan mencampurkannya dengan sirop agar terasa manis. Riset mulus berkat bantuan perawat rumah sakit. Tapi perawat tidak diberi informasi tujuan diminumkannya ekstrak daun jambu itu kepada pasien.

Setidaknya, ada 200 orang pasien dewasa dan anak-anak telah menerima asupan ekstrak daun jambu itu. Pasien dewasa butuh lima lembar daun dalam cairan 100 cc yang diminumkan satu kali sehari. Sedangkan pasien anak minum separuh dosis orang dewasa. Caranya pun sederhana: lima lembar daun jambu direbus dalam air 200 cc, hingga air menyusut tinggal setengahnya, lalu diberikan kepada pasien. ”Rasanya pahit,” kata Soeprapto.

Setelah berjalan setahun, hasil riset dibuka dan dievaluasi. Ternyata pasien demam berdarah yang telah minum ekstrak daun jambu bisa melewati fase virus demam dengan trombosit normal. Semakin cepat diberi ramuan daun jambu, pasien demam berdarah makin cepat pulih. Sebab, pada hari pertama dan kedua, pasien masih pada fase tenang. Namun pada hari ketiga hingga kelima, masuk fase waspada. Awalnya penderita hanya demam dan panas biasa. Tapi trombositnya terus menurun bahkan bisa terjadi perdarahan pada fase waspada.

Inilah yang harus dicegah. Karena risiko perdarahan spontan, bisa berupa kehilangan kesadaran, perdarahan di otak, perut membesar, berak darah, mimisan, dan muntah darah. Nah, pasien yang telah minum ekstrak daun jambu sebelumnya terhindar dari risiko fatal tadi. Karena ramuan tersebut mampu memotong siklus yang harus dilewati pasien demam berdarah.

Melalui uji klinis, ekstrak daun jambu biji ternyata mengandung tanin, quenstrin, DNA polimerase, alkohol, dan zat kimia lainnya. Gabungan zat tersebut mampu memperbaiki kerja trombosit dengan cara menghambat serbuan virus. Namun kandungan pada ekstrak ini tidak boleh dipisahkan antara bagian satu dan lainnya agar faedahnya dapat dirasakan penderita demam berdarah.

Soegeng mempresentasikan hasil riset ini ke Balai Pengawasan Obat dan Makanan tahun lalu. Badan Pengawasan saat itu berniat mengajukan hak paten, dan menggandeng kalangan swasta untuk mengkomersialkan. Soegeng minta, jika ekstrak daun jambu itu dipatenkan, harus atas nama Universitas Airlangga. Namun, untuk mencapai tahapan paten, jalan masih panjang. Karena semua keberhasilan itu masih harus melalui uji dari Komisi Obat Tradisional.

Meski ekstrak daun jambu belum dipatenkan dan diproduksi massal, Soegeng puas dengan hasil riset tersebut. Ia berharap, riset itu menjadi dasar untuk pengembangan riset lain soal daun jambu biji. Kini Soegeng membimbing riset untuk disertasi tentang manfaat ekstrak daun jambu bagi sistem kekebalan saat seorang terkena virus. Riset ini bekerja sama dengan Malaysia dan Jepang. Soegeng mengaku bangga dengan perkembangan ini. Sebab, saat riset awal pada 2004, ekstrak daun jambu biji menang dalam kompetisi riset di Filipina dan hasilnya dipublikasikan dalam jurnal ilmiah di sana.

Hal ini klop dengan fokus penelitian di Universitas Airlangga, demikian menurut dekan Fakultas Kedokteran Unair, Profesor Muhammad Amin. Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga berkonsentrasi pada tujuh kelompok penyakit: hepatitis, HIV/AIDS, lepra, flu burung, malaria, demam berdarah, dan tuberkulosis. Setiap kelompok punya laboratorium dengan alat modern. Institut ini juga telah memiliki fasilitas laboratorium biosafety level 3 (BSL-3), sebuah tingkat pengamanan yang bisa digunakan untuk penyakit flu burung, misalnya. Tingkat pengamanan tertinggi adalah BSL-4, yaitu untuk penyakit ebola.

Kini, kata Amin, institut tersebut sedang mengembangkan riset yang mengarah pada pengendalian dan pencegahan penyakit dengan pengobatan herbal. Misalnya tentang manfaat ekstrak teh hijau pada penderita HIV/AIDS. Menurut Amin, target pengembangan institut pada 2010 adalah memperoleh database riset yang berpotensi menghasilkan vaksin dan alat diagnostik; memproduksi vaksin flu burung dan demam berdarah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus