Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mengutil seminar

Roy Robert Rumokoy, 30, dan 3 orang kawannya ditangkap karena sering mencuri barang-barang di pelbagai seminar dan pesta kawin. masih tersisa 2 orang lagi.

18 Januari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIAPA bilang di seminar orang cuma mengobral kata. Roy Robert Rumokoy, 30 tahun, bahkan panen dengan caranya sendiri. Warga Jakarta ini sering menghadiri pelbagai seminar di hotel berbintang seperti Hyatt, Garden Palace, Mirama Surabaya, Panghegar Bandung, dan HI Jakarta. "Kalau saya tertarik pada topiknya, seperti pariwisata, perhotelan, saya tak akan beraksi mengambil barang-barang. Tapi malah ingin dapat sertifikatnya," kata sarjana muda ekonomi lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta, 1984, itu. Tak berarti ia datang saja di satu seminar. Ia mengaku tahu acara tiap seminar dari koran. Jadi, begitu ada seminar yang tak menarik hatinya, ia hadir juga. Bahkan resmi, ya, bayar, mulai Rp 15 ribu sampai Rp 150 ribu. Roy membayar dengan uang asli. Hanya identitasnya palsu, baik KTP atau kartu mahasiswa. Biji matanya lalu jelalatan. "Sejak seminar dimulai, saya sudah mengincar calon korban," katanya. Pada saat istirahat, ruang sidang biasanya kosong karena para peserta minum kopi di luar. Inilah waktunya Roy berbenah. Ia membawa kantong plastik berlabel toko, lalu mencomoti barang, seperti tas wanita, kemudian langsung keluar. Di dalam seminar, Roy biasanya beraksi sendiri. "Kalau berdua, kan biayanya mahal," katanya. Roy memang punya kongsi lima orang, dan khusus untuk operasi di gelanggang seminar, konconya itu selain bertugas antar jemput, juga melego hasil jarahannya. Mereka berenam sering pula beraksi di tempat pesta perkawinan. Hari nahas mereka ternyata 17 November silam, ketika Ade Wijaya alias Winarto Wijaya, 22 tahun -- salah satu anggota mereka -- tertangkap mencuri terompet dari Hyatt, Surabaya. Dari Ade lalu jejak Roy dan konconya dapat dilacak. Seminggu kemudian, Roy ditangguk di Jakarta. Juga Tony Tenesia dan David Rumangkang. Masih tersisa dua lagi. Mereka beraksi tak kurang dari 50 kali setahun terakhir. Roy ternyata juga seorang gay, ia sering "berhubungan" dengan bocah laki-laki yang juga muridnya. "Ia pernah mengajar di satu sekolah, saya lupa apa, dan bekerja di katering Garuda," kata Kasat Serse Polresta Surabaya Selatan Lettu. Artsianto Darmawan kepada Bina Bektiati dari TEMPO. Barang bukti yang ditemukan di tempat kos Roy di Surabaya hanya berupa tas dan dompet murah serta beberapa kartu identitas (KTP) dan kartu kredit. "Kamera dan tas yang mahal sudah dijual untuk foya-foya sesama gay," kata Darmawan. Di antara KTP, yang ikut terambil bersama tas, ada beberapa nama beken, misalnya, kartu identitas Koes Hendratmo. Dari sekian kartu kredit yang dikutil, tak ada yang disalahgunakannya. "Karena sudah diblokir pihak bank," kata Darmawan, "saya tak berniat menggunakan kartu kredit itu. Selain kebanyakan milik wanita, saya hanya suka untuk pajangan di dompet," kata Roy. Selain mengutil di hotel berbintang atau pesta kawin, "Kami juga pernah beroperasi di gereja," ujar Roy lagi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus