Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang - Dengan langkah lunglai, Yudisthira, 41 tahun, masuk ke ruang klinik pratama Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Bandara Soekarno-Hatta, Jumat siang, 31 Desember 2021. Pemohon paspor ini tiba-tiba merasakan kepalanya berputar, pusing dan nyeri dibagian bahu kirinya saat sedang antre.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karyawan swasta di Tangerang ini lalu masuk ke dalam klinik yang berada di samping pembuatan paspor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta tersebut.
Di dalam klinik, ia disambut dokter Netty Rahmawati dan perawat Resty Marpaung. Mereka adalah dua tenaga kesehatan yang berjaga dan bertugas setiap hari diklinik itu.
Setelah mendata pasien, Netty dan Resty berbagi tugas. Netty memeriksa tekanan darah, gula darah, kolesterol hingga asam urat Yudisthira. "Bapak asam uratnya tinggi, rasa nyeri di bagian bahu karena ada faktor lain. Kami sarankan bapak melakukan pemeriksaan secara saksama di rumah sakit," kata Netty setelah memeriksa Yudisthira.
Sementara Resty, menyiapkan peralatan, obat obatan, dan vitamin. "Untuk memperbaiki daya tahan tubuh, bapak kami infus dan beri vitamin, ya?," ujarnya disambut anggukan kepala Yudisthira. Setelah 30 menit diinfus, penanganan kesehatan Yudisthira yang memperpanjang paspor itu selesai. Dia diberi obat-obatan dan vitamin.
Yudisthira mengatakan ia terbantu dengan layanan klinik itu. "Dalam kondisi seperti saya tadi yang tiba-tiba pusing dan hampir hilang keseimbangan, sangat membantu sekali," ujarnya. Terlebih, kata dia, yang bikin tenang semua layanan cuma-cuma alias gratis.
Tempo yang mengunjungi klinik pada hari itu, juga berkesempatan menikmati layanan kesehatan tersebut. Karena tidak ada keluhan, Tempo hanya menjalani pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol dan asam urat.
Yudisthira adalah satu dari puluhan pengunjung yang berobat diklinik itu. Setiap harinya klinik pratama Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta ini melayani 25 hingga 30 orang pasien. Mereka dari pegawai Imigrasi yang bekerja di Bandara Soekarno-Hatta, tahanan Imigrasi dan pengguna jasa keimigrasian.
Netty Rahmawati, pengurus Klinik Pratama Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Bandara Soekarno-Hatta, menuturkan banyak pengunjung yang datang dengan berbagai keluhan seperti demam, batuk, flu dan kepala pusing. "Setelah kami periksa dan swab antigen ada beberapa di antaranya positif Covid-19 tanpa gejala. Penanganan yang kami berikan pemberiaan obat dan vitamin hingga diminta isolasi mandiri," ujarnya.
Dia mengatakan layanan pasien Covid-19 di klinik ini sama dengan standar Wisma Atlet. "Baik penanganan, obat-obatan maupun vitaminnya sama dengan yang di Wisma Atlet."
Ia memastikan layanan yang diberikan kepada pegawai, tahanan dan pengguna jasa keimigrasian sama, tidak ada perbedaan. "Gratis," ujarnya.
Adapun Resty mengungkapkan selain melayani pasien dengan keluhan ringan, ia dan Netty pernah menangani dua tahanan Imigrasi yang menderita penyakit kelamin (sifilis) dan jantung. "WNA Nigeria yang mengalami penyakit sifilis kami berikan pengobatan dan untuk WNA Arab Saudi yang mengalami masalah jantung setelah kami lakulan penanganan sementara, selanjutnya kami rujuk ke RSUD untuk penanganan lebih lanjut," ujarnya.
Klinik Pratama Imigrasi Kelas I Khusus Bandara Soekarno-Hatta berada di sisi kiri Kantor Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta. Posisinya berada di samping area pembuatan paspor yang mudah terlihat dan dijangkau pengunjung atau pemohon paspor.
Ruangan seluas 6x4 meter disulap menjadi ruang klinik yang dilengkapi dengan ruang dokter dan perawat, tempat pemeriksaan pasien, lemari obat obatan, tempat tidur pasien, tabung oksigen. Bahkan, klinik ini dilengkapi dengan mobil ambulans dan mobil jenazah.
Dokter Netty mengatakan, fasilitas klinik tersebut akan terus ditingkatkan. Ke depannya, kata dia, akan ada penambahan alat kejut jantung dan fasilitas tes PCR. Saat ini, klinik pratama Imigrasi Bandara Soekarno-Hatta baru bisa melayani swab antigen.
JONIANSYAH HARDJONO
Baca juga: