Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Menjajal Naik Ratangga, Kereta MRT Pertama di Indonesia

Saat ini, pengerjaan proyek MRT Jakarta Fase I sudah mencapai 98,5 persen dan direncanakan mulai beroperasi Maret mendatang.

31 Januari 2019 | 06.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta melakukan uji coba kereta MRT atau Ratangga bersama jurnalis pada Rabu, 30 Januari 2019. Dalam kesempatan itu, puluhan jurnalis menjajal sensasi menaiki kereta bawah pertama di Indonesia itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kita akan berangkat pukul 14.03 dari Bundaran HI dan akan memakan waktu sekitar 30 menit," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar di Stasiun MRT Bundaran HI, Rabu, 30 Januari 2019.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Usai menuruni tangga masuk stasiun MRT dari Jalan MH Thamrin, rombongan jurnalis dan MRT memasuki kawasan concourse yang terbuka. Di bagian itu terdapat mesin tiket, gerbang tapping tiket dan petak kios. Lokasi tersebut nantinya akan menjadi kawasan komersil sekaligus tempat masyarakat menyeberang jalan.

Usai mendapat arahan singkat di bagian concourse, rombongan melanjutkan perjalanan menuju bagian peron yang terletak 30 meter di dalam tanah. Sebelumnya, mereka harus melewati gerbang tapping tiket yang saat ini belum berfungsi.

Pekerja menyelesaikan pembangunan stasiun kereta Mass Rapid Transit (MRT) Bundaran HI di Jakarta, Kamis 17 Januari 2019. Jelang peresmian MRT yang akan dilaksanakan pada Maret 2019 tersebut masyarakat dapat mencoba secara gratis moda transportasi itu mulai 27 Februari. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Di peron yang memiliki panjang sekitar 200 meter, puluhan gerbang otomatis Ratangga berjejer. Tak seperti kunjungan Tempo pada bulan November 2018, kini kondisi peron MRT sudah dilengkapi pendingin ruangan, CCTV, dan papan LCD penunjuk waktu serta kedatangan kereta.

Tepat pukul 14.03, satu rangkaian Ratangga yang terdiri dari 12 gerbong datang dari arah selatan. Kereta buatan Jepang itu datang dengan dikendarai oleh seorang masinis. Meskipun beroperasi secara otomatis, Ratangga tetap memerlukan kehadiran masinis jika ada kondisi yang mengharuskan kereta dioperasikan secara manual.

Saat pintu kereta dan peron terbuka, udara dingin dari dalam kereta menyeruak. Pihak pengelola mengklaim menjaga suhu di dalam kereta 20-25 derajat Celcius agar penumpang merasa nyaman.

Di bagian dalam, ada jajaran kursi penumpang bewarna biru yang berjumlah 47. Kursi tersebut terbuat dari plastik dan tak memiliki busa seperti kursi di kereta Commuter Line. Namun, seperti kereta Commuter Line, terdapat kursi prioritas untuk lansia, ibu hamil dan ibu pembawa balita di ujung gerbong yang jumlahnya 8 orang.

William mengatakan di gerbong paling depan dan belakang diperuntukkan untuk wanita. Sayangnya, saat masa uji coba hanya dua gerbong di bagian tengah yang diperbolehkan dikunjungi wartawan.

"Satu gerbongnya bisa menampung hingga 200 orang," kata Operation and Maintenance Director PT MRT Jakarta, Muhammad Effendi,

Saat Ratangga melaju, sensasi tarikan kereta mirip seperti saat menaiki Commuter Line. Namun saat kondisi kereta telah melaju, Tempo tak merasakan guncangan yang diakibatkan sambungan rel seperti halnya di Commuter Line.

Perjalanan tersebut terasa mulus dan kereta seperti berselancar di atas rel yang rata. Setelah melalui Stasiun Senayan, Ratangga menambah laju kecepatannya. Hal ini karena kereta mulai menanjak dan meninggalkan terowongan bawah tanah menuju jembatan layang.

Corporate Secretary Division Head MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin, yang ikut dalam uji coba itu menjelaskan kereta melaju dari kecepatan 30 kilometer per jam menjadi 100 kilometer per jam. Dengan kecepatan itu, kereta hanya memerlukan waktu sekitar lima menit untuk sampai di setiap stasiun yang masing-masing berjarak satu kilometer.

Di setiap stasiunnya, Ratangga hanya berhenti sekitar 2-3 menit. Kamaluddin mengatakan, saat kereta berhenti terlalu lama di satu stasiun, maka selanjutnya kereta akan menambah kecepatan agar tiba tepat waktu di stasiun berikutnya. "Itu namanya degradation mode, agar jadwalnya terkejar," kata dia.

Suasana di dalam kereta MRT Jakarta rute Bundaran HI ke Depo Lebak Bulus di Stasiun MRT Bundaran HI, Jakarta, Senin, 10 Desember 2018. MRT ini memiliki 6 gerbong serta mampu menampung sebanyak 1800 orang, akan mulai beroperasi pada pertengahan Maret 2019. Terdapat dua stasiun utama, yaitu di Bundaran HI dan Lebak Bulus. TEMPO/Muhammad Hidayat

Tepat pukul 14.33, Ratangga memasuki Stasiun Lebak Bulus yang sekaligus menjadi stasiun paling ujung selatan MRT. Dari uji coba tersebut terlihat bahwa masa tempuh kereta dari Bundaran HI - Lebak Bulus tepat 30 menit.

William mengatakan pihaknya akan terus melakukan uji coba ketepatan waktu tersebut. Sehingga saat beroperasi nanti, jadwal kereta tak akan melenceng.

Saat ini, pengerjaan proyek MRT Jakarta Fase I sudah mencapai 98,5 persen. Rinciannya, proyek pengerjaan jalur melayang telah mencapai 98,43 persen dan untuk bawah tanah mencapai 98,74 persen.

Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim menjelaskan pengerjaan bagian dalam stasiun sudah hampir selesai 100 persen dan tengah melakukan perapihan arsitektur. Diantaranya mengerjakan pintu masuk dan keluar Stasiun MRT. Di beberapa stasiun, kata Silvia, struktur kanopi sudah terpasang dan pagar proyek telah terbuka. "Seluruh pengerjaan akan selesai kira-kira Februari," ujarnya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus