Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Mereka berlomba tancap harga

Harga mobil melonjak, tapi sejak april pasar mulai bergerak. dampak yendaka lagi-lagi terbebankan pada konsumen, sedangkan kenaikan harga akan melimpah ke kas pemerintah.

15 Mei 1993 | 00.00 WIB

Mereka berlomba tancap harga
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
HARAPAN bahwa harga mobil akan sedikit miring jika paket deregulasi otomotif diluncurkan kini sudah ditepiskan orang. Paket yang kabarnya akan membuka pintu bagi sedan impor serta mengurangi pajak untuk mobil produksi lokal itu memang sempat membuat konsumen urung membeli mobil. Mereka pun menunggu untuk kemudian menyaksikan betapa harga mobil berlomba-lomba naik. Ketika mereka mulai tak sabar, beredar isu tentang deregulasi yang katanya tertunda lagi beberapa bulan atau malah baru diluncurkan akhir tahun ini. Tak sedikit calon pembeli yang kecele. Bahkan, kalangan pengusaha otomotif sampai geregetan. Soalnya, keadaan tidak menentu dan pasar tetap saja lesu. ''Gara-gara isu deregulasi otomotif, konsumen menunda pembelian. Tapi mana? Sampai sekarang tidak keluar-keluar,'' gerutu Ang Kang Hoo, komandan penjualan sedan merek Honda. Kelesuan pasar mobil terlihat jelas pada triwulan pertama tahun 1993. Meskipun dalam periode itu ada dua musim permintaan besar, yakni Tahun Baru Cina dan Lebaran, toh permintaan pasar belum setinggi periode yang sama tahun lalu. Pada bulan JanuariMaret 1993, jumlah mobil yang terjual untuk semua merek tercatat baru 40.080 unit. Maka, dibandingkan dengan penjualan pada triwulan pertama 1992 42.664 unit pasar mobil awal tahun ini susut 7%. Jangan-jangan, bisnis mobil tahun ini akan lebih buruk dari tahun lalu. Omset penjualan mobil tahun 1992, menurut catatan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), cuma 171.865 unit atau turun 35% dari omset tahun 1991 (lihat tabel). Padahal, pasar tahun lalu sudah terhitung cukup jelek dibandingkan dengan tahun 1991. Apalagi kalau itu dibandingkan dengan boom tahun 1990, ketika penjualan mencatat rekor 275.524 unit. Ketua Umum Gaikindo, Herman Z. Latief, pekan lalu mengemukakan bahwa pajak penjualan barang mewah (PPnBM) untuk kendaraan kategori II, III, dan V (truk/bus ringan, truk/bus besar, dan pikap) perlu segera dihapus. ''Kendaraan kategori II dan III sangat vital untuk menunjang kegiatan perekonomian,'' tutur Latief sebagaimana dikutip harian Bisnis Indonesia. Masalahnya, yendaka atau menguatnya kurs yen sudah diduga akan memperberat tekanan terhadap industri otomotif. Besarnya persentase komponen mobil yang harus diimpor, khususnya bagian-bagian yang mahal, misalnya mesin, dengan sendirinya akan menaikkan harga mobil. Ketika isu devaluasi meruyak bulan April lalu, para penyalur mobil langsung mendongkrak harga. Dongkrak semakin dimantapkan seiring dengan kebijaksanaan uang ketat yang secara bertahap mulai dilonggarkan. Perusahaan-perusahaan leasing, yang tahun lalu memasang suku bunga kredit mobil sekitar 15%, sejak April 1993 cuma meminta sekitar 11%. Ini cukup menunjang penjualan mobil sekitar 80% penjualan mobil melalui sistem leasing. Kedua faktor tersebut di atas sedikit-banyak telah membangkitkan gairah pasar. Kendati dua musim belanja mobil Tahun Baru Cina dan Lebaran sudah berlalu, permintaan tak juga turun. Suasana ini antara lain terlihat di PT Permorin, Jalan Abdul Muis, Jakarta. Dua staf penjualan di situ sebentar-sebentar menerima telepon dari konsumen yang ingin membeli mobil. Dan pembeli yang datang disodori daftar harga plus. Mobil pikap L-300 dengan bahan bakar solar, misalnya, dalam daftar harganya tercatat Rp 22,5 juta, tapi pembeli diberi tahu bahwa harganya Rp 23 juta. ''Kalau sebelumnya kami masih memberi diskon Rp 1,5 juta, sekarang tidak bisa lagi,'' kata Harsono, wiraniaga Permorin. Dengan harga plus, pikap L-300 bisa terjual 10 unit dalam dua hari. ''Di sini tak perlu pesan dulu (indent). Setahu saya, suplai Mitsubishi selalu lancar. Stok cukup tersedia di Pulogadung,'' tutur Harsono sambil berpromosi. Yang agak tersendat-sendat pemasokannya adalah mobil produksi kelompok Indo Mobil agen tunggal dan perakit Suzuki. Menurut seorang penyalur, Indo Mobil Group mengambil sikap hati-hati sekali dalam berproduksi. ''Mereka agaknya masih berjaga-jaga menghadapi paket deregulasi,'' kata penyalur itu menduga-duga. Ketidaklancaran pemasokan Suzuki sudah dirasakan oleh PT Restu Mahkota Karya. ''Banyak pembeli yang terpaksa kami kembalikan uangnya karena mobilnya tak tersedia,'' kata Didi Wahyudi, Direktur Restu Mahkota Karya. ''Bulan April saja ada tujuh pembeli yang kami kembalikan uangnya. Sekitar Lebaran, 12 orang yang mau membeli Suzuki Vitara terpaksa kami tolak. Angka ini cuma di sini, belum lagi yang lewat salesman kami. Kami punya 12 orang,'' tutur Didi di kantor cabang Jalan Abdul Muis, Jakarta. Apakah memang tidak punya stok? ''Ada juga sedikit, tapi harus kami jual paling lambat 5 hari. Kalau stok banyak dan gagal menjual, kami bisa rugi menanggung bunga bank,'' katanya terus terang. Menurut Didi, ia sebenarnya telah menawarkan sistem indent, dengan syarat penyerahaan mobil disesuaikan dengan harga pasar. Di tengah isu harga mobil Jepang akan naik akibat menguatnya kurs yen, ia lalu berpendapat bahwa terlalu riskan kalau indent dengan harga transaksi. Sekarang ini, dalam tempo satu minggu saja, harga bisa berubah. Kondisi yang tidak menentu itu tidak cuma dialami penyalur Suzuki. Mobil merek Daihatsu ternyata sudah dua kali dinaikkan harganya, yakni pada 1 April dan 1 Mei lalu. Menurut seorang staf penjualan PT Auto Rama Perkasa penyalur Daihatsu di Petojo Jaga Monyet, Jakarta kenaikan itu berkisar antara Rp 1 juta dan Rp 1,5 juta untuk kendaraan minibus Zebra, jip Taft, dan sedan Charade. Kendati sudah terjadi kenaikan harga, ternyata omset masih bisa bertahan. ''JanuariFebruari rata-rata terjual 120 unit, sekitar Lebaran (Maret) naik menjadi 150 unit, dan bulan April laku 127 unit,'' ungkap Rudy, sales supervisor PT Auto Rama Perkasa. PT Inti Karya Megah, penyalur sedan merek Honda, juga tidak ketinggalan. ''Kami baru menaikkan harga sejak 3 Mei 1993,'' kata seorang staf penjualan Inti Karya Megah di Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Menurut Ang Kang Hoo, yang juga Direktur PT Imora Motor agen tunggal Honda sedan Civic Genio, yang tadinya dihargai Rp 66 juta, secara bertahap akan dinaikkan hingga Rp 71 juta. Sedan Accord akan naik Rp 5 juta menjadi Rp 93 juta. ''Tapi kami akan melihat dulu para pesaing,'' kata Ang Kang Hoo. Toyota ternyata sudah menaikkan harga pada 1 April dan siap- siap menaikkan harga lagi pada 1 Juni mendatang. ''Besarnya kenaikan belum kami ketahui karena masih dihitung,'' kata Sumantri, sales supervisor Auto 2000 cabang Salemba, Jakarta. Pasang naik harga mobil dan minat konsumen yang lumayan ternyata tidak selalu menggembirakan pengusaha otomotif. ''Kalau perusahaan mobil sama-sama menaikkan harga, pasar akan susut drastis,'' kata Edi Santoso, Direktur Pemasaran PT Astra Daihatsu Motor. Sementara itu, Pemerintah diperkirakan akan memperoleh tambahan pendapatan dari mobil-mobil baru. Soalnya, kenaikan harga bahan baku mobil impor dari Jepang akan menggelembungkan penerimaan Pemerintah dari setiap unit mobil. Maklum, dari biaya yang harus dikeluarkan pembeli mobil sedan, sekitar 65% akan jatuh ke kantong Pemerintah dalam bentuk bea masuk, PPnBM, PPN, dan bea balik nama (lihat Paling Tinggi Naik 35%). Jika harga mobil mengikuti kurs yendaka, harga sedan akan naik 35%, antara lain 9,7% untuk kenaikan bea masuk dan pajak. Sedangkan harga mobil niaga cuma naik 8% 2,45% di antaranya merupakan komponen pajak. Dirjen Pajak, Fuad Bawazier, mengakui hal itu. Menurut Fuad, persentase pajak tidak akan berubah. Kalau dasar pengenaannya atau nilai barangnya naik, hitungannya otomatis naik. Namun, ia mengingatkan agar jangan segera menyimpulkan penerimaan pajak mobil pasti akan naik. ''Tahun anggaran ini baru berjalan sebulan. Masih harus dilihat apakah mobil yang terjual tahun ini semuanya baru. Kebanyakan kan masih stok lama. Itu akan bergantung pada PIUD (pemberitahuan impor barang untuk dipakai). PIUD ini kan ada selisih waktunya ke belakang. Itu yang harus dihitung lebih teliti,'' kata Dirjen Pajak yang bermobil Nissan Cefiro ini. Bagaimana jika harga mobil naik tapi pasar mobil menyusut? Tak bisa lain, bea masuk dan pajak mobil secara keseluruhan tentu ikut menipis. Max Wangkar dan laporan Biro-Biro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus