Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Tangerang - Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Bambang Heri Mulyono menyebut muka air tanah Sungai Cisadane menyusut sekitar 50 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penurunan ini, lanjut Bambang, berpengaruh pada aktivitas pertanian dan produksi air bersih oleh sejumlah perusahaan yang memasang intake (bangunan sadap) di atas bendungan Pintu Air 10 Cisadane.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Penurunan muka airnya cukup besar, yang pasti di bawah 50 persen," kata dia saat dihubungi Tempo, Senin, 24 Juli 2023.
Menurut dia, penurunan muka tanah terjadi bukan karena bocornya beberapa Pintu Air Cisadane saja, tapi juga faktor hidrologi akibat musim kemarau. Bambang menuturkan lebih dari separuh muka air tanah Sungai Cisadane kini di bawah normal. Penurunan tersebut terjadi di hulu sungai.
"Bukan melulu karena bocor pintu airnya, tapi air dari hulu terjadi penurunan," ucap dia.
Sebelumnya, Pintu Air 10 Cisadane jebol yang berdampak pada suplai air bersih kepada masyarakat. Sebanyak 56 ribu pelanggan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (Perumdam) Tirta Kerta Raharja (TKR) Kabupaten Tangerang terancam krisis air bersih.
Bambang menyebut, dirinya bakal mengecek kerusakan Pintu Air Cisadane 10 hari ini. Volume air yang disuplai ke Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) juga akan diperiksa.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Tangerang masih menginventarisasi dampak mengeringnya Sungai Cisadane akibat Pintu Air 10 jebol beberapa hari terakhir ini.
"Kami masih menunggu laporan dari kelompok tani dan PDAM yang berdampak langsung dari rusaknya Pintu Air 10 ini," ujar Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kabupaten Tangerang Iwan Firmansyah.
Iwan mengatakan, biasanya wilayah utara Tangerang mengalami krisis air ketika musim kemarau. Walau begitu, dia masih menunggu laporan apakah kerusakan Pintu Air 10 Cisadane memperparah krisis air.