Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - Kepergian Haryadi Wibowo alias Hari Moekti meninggalkan kesedihan amat dalam bagi putra sulungnya, Faqih Zulfikar. Ditemui usai pemakaman pada Senin 25 Juni 2018, Faqih mengungkap, pelukan dari sang ayah yang masih dia rasakan.
Faqih mengenang Hari bukan hanya sebagai bapak, tapi juga sahabat dan guru. “Sosoknya luar biasa sekali,” katanya sambil berlinang air mata.
Faqih mengatakan banyak cerita manis bersama sang ayah yang tak pernah ia lupakan. Di antaranya, pada 2011, ketika dia hendak terbang kembali ke Belanda. “Dia peluk saya dan bilang, sejauh mana pun tinggal, saya tetap anaknya, di situ saya menangis,” ujarnya.
Faqih mengaku sangat terenyuh karena ia tergolong yang amat jarang bertemu dengan sang ayah di antara empat anak Hari lainnya. “Kenangan paling tak terlupakan sebelum meninggal, Abi sempat bertemu dan memeluk anak saya, meminta untuk difoto berdua,” ucapnya.
Saat itu juga dia ikut dipeluk. Hari membisikkan pesan seperti isyarat kepergiannya. "Pulang sana, temui ibumu, minta maaf pada ibumu. Kalau Abi sudah tidak ada, kamu menjadi kepala keluarga buat menggantikan Abi," tutur Faqih menirukan suara ayahnya.
Hari meninggal di antara aktivitas berdakwahnya di Cimahi, Jawa Barat, pada Minggu 25 Juni 2018. Serangan jantung menghentikan usianya. Hari lahir pada 25 Maret 1957. Ia menjadi vokalis grup musik rock Jakarta, Makara Band, dari 1982 sampai 1985.
Setelah itu, sebagai vokalis, ia bergabung dalam grup Krakatau sejak 1985 dan band Adegan pada 1991, sebelum kemudian memutuskan untuk mendalami agama Islam sebagai ustad atau ulama.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini