Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyebab kebocoran klep jantung bermacam-macam, salah satunya faktor usia. Saat usia menua, katup jantung ikut menua. Perlahan katup menjadi kaku, kurang lentur saat membuka dan menutup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyebab lain, riwayat infeksi akibat reumatisme saat pasien masih kecil. Infeksi itu, ditandai dengan nyeri di tenggorokan karena terpapar kuman streptococcus beta hemolyticus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dr. Erik Rohmando Purba, Sp.PD dari Rumah Sakit Umum Daerah Mampang Prapatan Jakarta Selatan menjelaskan badan lemas dan sesak napas terjadi akibat tubuh kekurangan oksigen. Jika dua gejala itu dirasakan pasien, maka kelainan jantungnya sudah berat.
“Struktur tubuh streptococcus beta hemolyticus mirip dengan klep jantung. Bayangkan jika kuman ini menyelinap dari tenggorokan ke jantung, lalu menempel di klep jantung. Sistem kekebalan tubuh kita akan menganggap kuman itu klep jantung. Yang terjadi kemudian, kuman ini dengan leluasa menyerang jantung,” ungkap Erik.
Kebocoran klep jantung terdiri tiga tingkat, yakni ringan, sedang, dan berat. Saat kebocoran berada di level ringan, pasien tidak merasakan gejala apapun. Baru ketahuan ketika ia menjalani pemeriksaan echocardiography atau pemeriksaan manual menggunakan stetoskop.
Baca juga:
Memahami Sindrom Kardiorenal, Bukan Penyakit Jantung Biasa
Dokter Spesialis Ungkap Mitos Seputar Penyakit Jantung
Sesak Napas, Awas Klep Jantung Bocor. Cek Gejalanya
“Jika pasien mengalami kebocoran klep jantung ringan, biasanya tidak dilakukan tindakan medis asalkan kinerja otot jantung masih prima. Saat gangguan klep jantung makin parah, dokter akan menjajaki kemungkinan operasi. Meski gangguan masih ringan, pasien tidak bisa main-main lagi. Kolesterol dan tekanan darah mesti dipantau secara rutin. Jika pasien obesitas, berat badan mesti diturunkan. Konsumsi rokok dan alkohol harus dihentikan. Stres harus dikelola. Gaya hidup yang tidak sehat dapat menghambat kinerja klep jantung,” ujar Erik.
Ia mengimbau masyarakat agar tidak mengabaikan sesak napas. Penyakit yang diawali dengan sesak napas ada banyak. Sesak napas bisa berujung pada tekanan darah tinggi dan kelainan ginjal. Ketika ginjal terganggu, air kencing tidak bisa dikeluarkan dari tubuh. Akibatnya, cairan itu bisa berbalik arah dan mengumpul di paru-paru.
“Kalau air kencing masih bisa keluar namun sesak napas makin menjadi, dokter patut mencurigai jantung. Sesak napas juga bisa terjadi karena tubuh mengalami asidosis, yakni keadaan patologis akibat penimbunan asam dalam darah dan jaringan tubuh," jelasnya.
"Akibatnya, tubuh berupaya mengeluarkan asam yang berlebih. Caranya dengan lebih sering bernapas. Itu membuat dada sesak. Saat anggota keluarga sesak napas, segera bawa ke rumah sakit untuk memastikan apakah sesak napas itu membahayakan jiwa atau tidak,” saran Erik.