Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Medio Desember 2022 lalu Komisi Pemilihan Umum atau KPU RI telah menetapkan 17 partai politik alias parpol yang lolos tahapan verifikasi faktual dan jadi peserta Pemilu 2024. Salah satunya adalah Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB dengan nomor urut 1.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Menetapkan 17 parpol yang memenuhi syarat sebagai peserta pemilu, anggota dewan perwakilan rakyat, dan anggota dewan perwakilan rakyat daerah tahun 2024,” kata Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari melalui keterangan tertulis pada Rabu, 14 Desember 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Profil Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB
Melansir laman pkb.id, berdirinya PKB tak lepas dari lahirnya era Reformasi usai Presiden Soeharto mundur pada 21 Mei 1998. Sehari setelah peristiwa bersejarah tersebut, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama atau PBNU mulai kebanjiran usulan dari masyarakat Nahdliyin, sebutan untuk warga NU, di seluruh pelosok Tanah Air. Salah satunya terkait pembentukan parpol berbasis NU. Tujuannya untuk mewadahi aspirasi politik warga Nahdliyin.
Bahkan tak sedikit yang mengusulkan nama parpolnya. Tercatat ada 39 nama yang diusulkan. Nama-nama tersebut di antaranya Nahdlatul Ummah, Kebangkitan Umat, dan Kebangkitan Bangsa. Selain nama, lambang parpol serta visi dan misi parpol juga diusulkan. Pun termasuk nama-nama pengurusnya.
Dalam menyikapi usulan yang masuk dari warga Nahdliyin, PBNU menanggapinya secara hati-hati. Usulan-usulan tersebut tak langsung diterima begitu saja. Pasalnya, berdasarkan Muktamar NU ke-27 di Situbondo ditetapkan bahwa secara organisatoris NU tidak terkait dengan partai politik mana pun. Organisasi Islam ini juga mendeklarasikan diri tidak melakukan kegiatan politik praktis.
Sikap yang ditunjukkan PBNU ternyata tak meredakan keinginan warga NU untuk mendirikan parpol. Bahkan tak sedikit dari kalangan NU di berbagai daerah yang tak sabar langsung menyatakan berdirinya parpol tersebut. Di antaranya adalah Partai Bintang Sembilan di Purwokerto dan Partai Kebangkitan Umat atau Perkanu di Cirebon. Menanggapi hal ini, PBNU lantas mengadakan Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU pada 3 Juni 1998.
Forum tersebut menghasilkan keputusan membentuk Tim Lima yang diberi tugas memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima tersebut diketuai olehRais Suriyah atau Kordinator Harian PBNU Ma’ruf Amin, dengan anggota, M Dawam Anwar, Said Aqil Siroj, M Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja. Pada 20 Juni 1998, PBNU memberi Surat Tugas kepada Tim Lima untuk memperkuat kedudukan.
Selain itu, untuk membantu Tim Lima dalam menginventarisasi dan merangkum usulan pembentukan parpol baru, dibentuklah Tim Asistensi. Tim ini juga ditugaskan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi politik. Ketuanya Arifin Djunaedi, dengan anggota Muhyiddin Arubusman, M. Fachri Thaha Ma`ruf, Abdul Aziz, Andi Muarli Sunrawa, M. Nasihin Hasan, Lukman Saifuddin, Amin Said Husni, dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Untuk mendefinisikan dan mengelaborasikan tugasnya masing-masing, pada 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan rapat. Lalu, guna menyusun rancangan awal pembentukan parpol, pada 26 sampai 28 Juni 1998 kedua tim kemudian mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas. Pertemuan ini menghasilkan lima rancangan, yaitu Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik, Mabda’ Siyasi, Hubungan Partai Politik dengan NU, AD/ART, dan Naskah Deklarasi.
Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur yang juga pembesar NU prihatin dengan munculnya fenomena kelompok Nahdliyin yang ingin mendirikan partai politik berbasis Nahdlatul Ulama. Menurutnya hal ini terkesan mengaitkan agama dan politik partai. Namun pertengahan akhir Juni 1998, sikapnya mengendur. Gus Dur bersedia menginisiasi kelahiran parpol berbasis ahlussunah wal jamaah.
Kesediaan Gus Dur didukung deklarator lainnya, yaitu Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, A. Mustofa Bisri serta A. Muchith Muzadi. Melalui hasil musyawarah Tim Asistensi Lajnah, Tim Lajnah, Tim NU, Tim Asistensi NU, Perwakilan Wilayah, para tokoh pesantren, dan tokoh masyarakat, dibentuklah parpol tersebut dengan nama Partai Kebangkitan Bangsa atau PKB. Deklarasinya pun dilaksanakan di Jakarta pada 29 Rabiul Awal 1419 H atau 23 Juli 1998.
Ketokohan dan kepemimpinan Gus Dur terbukti ampuh mendongkrak suara PKB pada Pemilu 1999. Pesta demokrasi perdana yang diikuti Partai anak kandung NU ini sukses besar. Mereka meraup 13.336.982 suara atau 12,61 persen, setara 51 kursi di DPR RI. Gus Dur kemudian ditunjuk koalisi poros tengah sebagai calon presiden. Melalui proses pemungutan suara pada Sidang Umum MPR, dia terpilih menjadi Presiden RI dan Megawati Soekarnoputri sebagai wakilnya.
Pada Pemilu 2004, PKB kembali masuk dalam lingkaran lima besar. Partai berlambang bola dunia dan sembilan bintang ini berada di peringkat ketiga dengan raihan 12.002.885 suara atau 10,61 persen dan mendapat 52 kursi DPR RI. Sayangnya, pada Pemilu 2009, perolehan suara PKB melorot tajam. Partai Hijau ini, sebutan PKB, hanya meraih 5.146.302 suara atau 4,95 persen dan mendapat 28 kursi DPR.
Pada 2008 sempat terjadi perseteruan internal antara Cak Imin dengan pihak Gus Dur. Konflik tersebut menyebabkan PKB jatuh ke tangan Cak Imin. Meski sempat jeblok pada Pemilu 2009, pada Pemilu berikutnya, 2014, perolehan suara PKB kembali meroket. Dengan pencapaian 11.292.151 suara atau 9,04 persen, setara 47 kursi di DPR RI. Sebagai partai dengan basis nasionalis religius, PKB berhasil mengantarkan 85 pasangan calon kepala daerah dalam Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada serentak 9 Desember 2015 lalu.
Pada Pemilu Umum Presiden atau Pilpres 2019, PKB tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju bersama dengan PDIP, Partai Golkar, Partai NasDem, PPP, Partai Hanura, PSI, Partai Perindo, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia, dan dan Partai Bulan Bintang. Koalisi tersebut mengusung Joko Widodo atau Jokowi dan Ma’ruf Amin sebagai Capres dan Cawapres. Musim Pilpres 2024 mendatang, PKB berkoalisi dengan Gerindra.
Pilihan Editor: PKB Nyatakan Usung Prabowo sebagai Capres 2024
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.