Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Sejumlah aktivis dan pengamat politik meragukan kemampuan dan kinerja sejumlah nama yang memenangi pemilihan legislatif dari hasil politik dinasti dan oligarki politik. Mereka berpendapat, politik dinasti di Dewan Perwakilan Rakyat akan menjadi penyebab jebloknya kinerja Dewan selama lima tahun ke depan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Koordinator Divisi Korupsi Politik Indonesia Corruption Watch, Donal Fariz, mengatakan munculnya politik dinasti dan oligarki politik sangat kentara pada orang-orang yang terpilih menduduki kursi di Senayan periode 2019-2024. "Sejumlah anak ketua umum partai kemudian lolos melenggang ke DPR," kata Donal kepada Tempo, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Donal, hal semacam ini akan menjadi ganjalan bagi DPR untuk memperbaiki kinerjanya dalam hal mencapai target anggaran, legislasi, dan kualitas pengawasan. Justru, kata dia, politik dinasti akan memperparah persoalan di tengah pemilihan legislatif yang kuat dengan bau politik uang.
Donal menyatakan betapa mahalnya biaya politik di Indonesia. Selain itu, dinasti politik juga bisa muncul dari adanya wajah-wajah lama yang diuntungkan lantaran memiliki akses dan jaringan politik. "Mereka menggunakan program negara untuk kontestasi di pemilihan legislatif," kata Donal.
Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, membeberkan ada banyak nama hasil dinasti politik yang melenggang ke parlemen. Dia mencontohkan, dinasti politik di Banten. Menurut dia, dinasti politik bisa disebabkan oleh dua hal.
Pertama, kata dia, karena adanya patron-klien kedekatan dengan keluarga yang memiliki kekuasaan. Mereka bisa terpilih bukan karena kapasitas dan kompetensinya, melainkan karena unsur keluarga besar di belakangnya. Kedua, dinasti politik yang berasal dari nama-nama yang memiliki rekam jejak politik yang baik. "Contohnya, politikus yang memulai karier dari bawah dan menjadi aktivis," katanya.
Peneliti dari Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, Lucius Karus, menjelaskan bahwa banyaknya dinasti politik yang terpilih menjadi anggota DPR akan turut mempengaruhi kinerja DPR. "Dinasti politik membuat orang yang tak punya kompetensi bisa berkuasa," ucap dia.
Menurut dia, anggota DPR dari dinasti politik umumnya mendapatkan peluang dari posisinya sebagai kerabat elite yang berpengaruh. Mereka bukan hasil sebuah proses kaderisasi atau seleksi ketat di internal partai. "Kehadiran banyak anggota DPR dari dinasti politik tak akan banyak memberikan sumbangan bagi peningkatan kinerja DPR," katanya. AVIT HIDAYAT
Legislator Terseret Perkara korupsi
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo