Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Prioritas Perlindungan untuk Petugas di Garis Terdepan

Pemerintah diminta menyediakan alat pelindung diri untuk petugas hingga ke puskesmas di pelosok daerah.

25 Maret 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pemerintah diminta menyediakan alat pelindung diri untuk petugas hingga ke puskesmas di pelosok daerah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan Wabah Covid-19, Doni Monardo, meminta semua gubernur segera menyalurkan alat pelindung diri (APD) kepada petugas kesehatan di garis terdepan di wilayahnya. Gugus Tugas mendapat laporan, hingga kemarin, masih ada rumah sakit yang belum mendapat peralatan tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Doni mengatakan, kekurangan peralatan akan menambah risiko keselamatan bagi tenaga kesehatan. "Sampai dinihari tadi, ternyata masih ada rumah sakit yang belum mendapat APD. Padahal provinsinya sudah menerima," kata Doni di Jakarta, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Pusat Data dan Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Agus Wibowo, mengatakan kepala daerah wajib memastikan distribusi perangkat keselamatan hingga ke fasilitas kesehatan tingkat pertama. "Di undang-undang itu wajib. Itu yang mengeluarkan gubernur ke FKTP (fasilitas kesehatan tingkat pertama)," kata dia.

Tuntutan perlindungan tenaga kesehatan menguat setelah tujuh dokter meninggal selama situasi pandemi Covid-19 ini. Wakil Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia, Mohamad Adib Khumaidi, menuturkan lima dokter dinyatakan positif Covid-19 dan seorang lagi berstatus pasien dalam pengawasan. Adapun seorang dokter, Toni Silitonga, meninggal akibat kelelahan dan serangan jantung. Toni merupakan anggota Satuan Tugas Tim Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat.

Menurut Adib, saat ini risiko pekerjaan dokter semakin tinggi karena beban kerja yang tinggi. Apalagi banyak dokter yang diisolasi di sejumlah daerah karena memiliki riwayat kontak dengan pasien Covid-19. Selain jumlah pasien corona yang terus bertambah, dia menuturkan, faktor lain yang meningkatkan risiko bagi petugas kesehatan adalah keterbatasan alat pelindung diri.

Kekurangan peralatan keselamatan tenaga kesehatan dialami Provinsi Sulawesi Utara. Juru bicara Gugus Tugas Covid-19 setempat, Steaven Dandel, melaporkan daerahnya hanya kebagian 150 set APD. Jumlah itu jauh dari memadai. Menurut dia, jumlah ideal APD untuk seluruh rumah sakit dan fasilitas kesehatan di Sulawesi Utara adalah 44 ribu unit. "Kami mendapat bantuan dari pusat, tapi sangat sedikit," tutur Dandel, kemarin.

Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Husein Habsyi, berpendapat senada. Perlengkapan keselamatan tenaga kesehatan, kata dia, semestinya tersedia hingga ke klinik dan puskesmas di pelosok. Sebab, fasilitas kesehatan primer itulah yang menjadi tempat pertama menerima pasien terduga corona.

Menurut Husein, pemerintah daerah masih memprioritaskan distribusi APD ke rumah sakit rujukan karena peralatan tersebut tak mudah diperoleh. Husein berharap pemerintah pusat lebih giat mencari pasokan APD supaya petugas kesehatan di pelosok mendapat jaminan keselamatan yang sama. "Tenaga kesehatan di puskesmas juga penting, karena mereka yang paling dekat dengan masyarakat," ujar dia.

Sejauh ini, daerah yang telah mengirim alat pelindung diri hingga ke puskesmas dan klinik adalah Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Barat. Gubernur DKI Anies Baswedan mengatakan petugas puskesmas mendapat jatah APD karena mereka paling dekat dengan masyarakat. “Total kebutuhan APD di rumah sakit dan puskesmas di DKI Jakarta mencapai 1.000 unit per hari,” kata Anies. Senin lalu, pemerintah DKI Jakarta sudah menyalurkan APD sebanyak 40 ribu unit.

Adapun pemerintah Jawa Timur memprioritaskan 10 ribu set APD untuk rumah sakit rujukan. Kebijakan serupa juga berlaku di Jawa Tengah dan Bali, yang mendapat jatah masing-masing 10 ribu dan 4.000 APD. "Distribusinya terutama untuk rumah sakit rujukan," kata Ketua Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 Bali, Dewa Made Indra.

Selain mendistribusikan APD, pemerintah memprioritaskan tenaga kesehatan di rumah sakit rujukan di seluruh Indonesia untuk menjalani tes cepat (rapid test) Covid-19 pada tahap pertama. Juru bicara pemerintah untuk penanganan wabah, Achmad Yurianto, mengatakan kelompok yang dites mencakup anggota staf rumah sakit hingga petugas front office.

Menurut Yuri, Gugus Tugas sudah mendistribusikan 125 ribu alat pemeriksaan cepat ke 34 provinsi. Adapun pemilihan petugas yang diperiksa paling awal menjadi kewenangan pemerintah provinsi. “Nantinya, provinsi bisa menentukan orang yang dites, termasuk petugas yang dilibatkan dalam pelayanan langsung (menangani pasien terkait Covid-19)," kata dia.

Pemerintah juga berusaha mengurangi beban rumah sakit rujukan dengan mendirikan fasilitas darurat penanganan wabah terintegrasi di Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Yuri menerangkan, rumah sakit dadakan ini berfungsi sebagai tempat perawatan pasien positif dengan gejala sedang.

Pemerintah menjadikan rumah sakit darurat di Wisma Altet sebagai tempat saringan kedua, supaya pasien corona tidak membeludak di rumah sakit rujukan. Adapun saringan pertama dilakukan terhadap pasien positif corona dengan gejala ringan atau tanpa gejala. Mereka diimbau melakukan isolasi dan perawatan mandiri di rumah masing-masing.

Jika penyaringan bertahap itu dilaksanakan secara konsisten, Yuri meyakini, beban dokter dan petugas medis lainnya akan lebih ringan. Apalagi, kata dia, faktanya sekitar 80 persen pasien positif corona saat ini hanya mengeluhkan gejala yang ringan sampai sedang. "Perawatan pasien dengan gejala berat atau dengan penyakit lain bisa dilaksanakan di rumah sakit rujukan," ujar Yuri.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia, Ichsan Hanafi, mengapresiasi pemakaian Wisma Atlet sebagai fasilitas tambahan. Dia mengatakan, saat ini banyak rumah sakit di episentrum penyebaran wabah yang kelebihan beban karena turut merawat pasien Covid-19.

Guna mengurangi beban dokter, menurut dia, mayoritas rumah sakit mengurangi jadwal praktik dokter spesialis nonparu. Mereka yang tidak mendapat giliran jaga, dapat beristirahat di rumah. "Jumlahnya kami batasi hanya untuk melayani yang emergency, sehingga para dokter bisa lebih fit," ujar Ichsan.

TAUFIQ SIDDIQ | ROBBY IRFANY | I MADE ARGAWA (DENPASAR) | NURHADI (SURABAYA) | JAMAL A NASHR (SEMARANG) | RONNY ADOLOF (MANADO) | BUDIARTI UTAMI PUTRI


Donasi Jumbo Melawan Pandemi

JAKARTA - Perbincangan ihwal penggalangan dana pada akhir pekan lalu itu berlangsung cepat di grup WhatsApp. Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, termasuk di antara penggagas donasi instan untuk Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, itu.

"Akhir pekan lalu, dalam pembicaraan lewat grup WhatsApp, kami sepemikiran untuk menyumbang," kata Rudiantara kepada Tempo, kemarin. “Kami enggak mikir bisnis atau politik, jalan saja sudah.”

Dalam grup percakapan WhatsApp itu juga bergabung mantan Direktur Utama RSCM, Akmal Taher; mantan Menteri Pertambangan dan Energi, Kuntoro Mangkusubroto; mantan pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi, Erry Riyana Hardjapamekas; dan sederet nama mantan pejabat lainnya.

Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara

Rudiantara dan kawan-kawan tak sempat bertemu langsung untuk berdiskusi, karena pemerintah telah mengeluarkan imbauan menjaga jarak demi mencegah penularan Coronavirus Disease 2019 (Covid-19).

Mereka langsung berkoordinasi dengan otoritas rumah sakit dan mengabarkan rencana penggalangan donasi sebesar Rp 5 miliar. Duit itu akan digunakan untuk membantu rumah sakit menanggulangi Covid-19, di antaranya untuk membeli alat perlindungan diri (APD) bagi petugas kesehatan.

Para inisiator itu bergegas menyebar undangan donasi kepada jejaring mereka. Uang pun langsung mengalir deras ke rekening penampungan. Hingga kemarin, menurut Rudiantara, dana yang terkumpul sudah memenuhi target dan akan segera diserahkan ke manajemen rumah sakit. "Kami juga akan memberikan laporan pertanggungjawaban kepada donatur, yang diaudit oleh kantor akuntan publik," tutur dia.

Pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) juga menggalang dana dengan target lebih besar. Ketua Umum Kadin Rosan P. Roeslani mengatakan lembaganya menggalang sumbangan dari pengusaha besar di Jakarta dan daerah untuk mengumpulkan duit setengah triliun rupiah. Fulus yang terkumpul sejak dua pekan lalu mencapai Rp 300 miliar. "Sejauh ini bantuan masih berasal dari pengusaha besar. Jadi, kami imbau pengusaha daerah untuk berkontribusi," kata Rosan.

Hasil donasi itu, menurut Rosan, sudah diserahkan ke pemerintah dalam bentuk perlengkapan medis. Sumbangan tahap pertama berupa 5.000 alat tes cepat (rapid test) virus corona yang akan digunakan di rumah sakit darurat di Wisma Atlet Kemayoran. Kadin juga telah menyerahkan 2.000 unit APD untuk petugas kesehatan di garda depan. Pengadaan alat itu, kata Rosan, dilakukan oleh Managing Director Sinar Mas, Gandi Sulistiyanto.

Selain perorangan, ada korporasi yang menyerahkan bantuan kepada pemerintah. Di antaranya PT Bank Central Asia Tbk dan Astra Group. Juru bicara penanganan wabah Covid-19, Achmad Yurianto, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu pemerintah menanggulangi pandemi di Tanah Air. "Dan juga kepada relawan di masyarakat yang membantu dalam pencegahan," ucap Yuri.

Beragam Alat Pelindung Diri (APD)

Alat untuk memberi perlindungan bagi tenaga kesehatan dari bahaya akibat kerja. APD harus memenuhi syarat memberikan perlindungan prima: fleksibel, dapat dikenakan pria dan wanita, tak menyebabkan bahaya, tidak gampang rusak, tak membatasi gerak, dan nyaman.

Baju Hazmat

Pakaian yang sangat tertutup untuk seluruh tubuh dan sekilas mirip baju astronaut. Hazmat akronim dari “hazardous material suit”.

Penutup Kepala

Ini berfungsi mencegah bagian kepala terkontaminasi unsur patogen atau mikroorganisme yang sedang mewabah. Penutup kepala juga berfungsi agar bagian kepala petugas kesehatan tidak terkena semprotan atau percikan zat ataupun cairan dari pasien.

Pelindung Wajah

Pelindung wajah terdiri atas kacamata dan masker untuk menjaga bagian hidung, mulut, dan mata petugas dari paparan virus atau zat berbahaya.

Sarung Tangan

Sarung tangan yang dikenakan petugas kesehatan ketika menangani wabah atau sedang merawat pasien, hanya untuk sekali pakai.

Sepatu Bot

Sepatu ini membantu petugas kesehatan ketika bergerak di tempat berbahaya. Selain melindungi kaki dari paparan zat berbahaya, cairan, atau udara yang banyak mengandung unsur patogen, sepatu bot melindungi kaki dari benda tajam.

FRANSISCA CHRISTY ROSANA | SUPRIYANTO KHAFID | ROBBY IRFANY

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus