Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sabtu Ini, Kualitas Udara Jakarta Ketegori Sedang

Angka pada Stasiun Pemantau Kualitas Udara di Bundaran HI hari ini menunjukkan udara Jakarta di angka 51 alias masuk kategori sedang.

6 Juli 2019 | 19.48 WIB

Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU)    Dinas Lingkungan Hidup Pemerintahan DKI JAKARTA yang berada di Bundaran HI menunjukan kualitas udara dalam kategori sedang pada Sabtu siang 6 Juli 2019. Tempo/Taufiq Siddiq
Perbesar
Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) Dinas Lingkungan Hidup Pemerintahan DKI JAKARTA yang berada di Bundaran HI menunjukan kualitas udara dalam kategori sedang pada Sabtu siang 6 Juli 2019. Tempo/Taufiq Siddiq

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) Dinas Lingkungan Hidup Pemerintahan DKI Jakarta di Bundaran HI menunjukan kualitas udara di kawasan itu hari ini,  Sabtu, 6 Juli 2019, masuk kategori sedang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Pada Sabtu siang, tampak nilai Indeks Standar Pencemaran Udara di SPKU Bundaran HI di angka 51 yang masuk dalam kategori sedang. Kategori sedang adalah 51-101, kategori baik 0-50, dan kategori tidak sehat 102-199.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan kategori sedang menunjukan kualitas udara yang tidak memberikan efek buruk bagi kesehatan manusia dan hewan.

Polusi udara di Jakarta menjadi sorotan beberapa hari lalu, usai dinyatakan sebagai kota tingkat polusi udara terburuk di dunia oleh situs penyedia peta polusi udara AirVisual.

Laman AirVisual menyebutkan bahwa Air Quality Index-nya (AQI) memiliki nilai 208 per Rabu pagi, 26 Juni 2019 pukul 08.33 yang artinya udara di Jakarta sangat tidak sehat.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan, penyebab polusi udara di Jakarta adalah residu dari kendaraan bermotor yang selama ini digunakan masyarakat. Tingkat pencemaran akibat residu itu makin tinggi seiring bertambahnya pengguna kendaraan pribadi.

Hal yang sama juga disampaikan oleh warga Jakarta, salah satunya Ari Dwi, menurut penyebab pencemaran udara paling tinggi berasal dari asap kendaraan. "Dari polusi kendaraan yang tambah banyak di jalanan," ujarnya saat ditemui di kawasan Patung Kuda, Sabtu, 6 Juli 2019

Selain itu kata Ari, kondisi cuaca yang sudah lama tidak turun hujan, hal ini mengakibatkan debu banyak bertebaran. Dia berharap pemrintah baik DKI Jakarta dan Pusat untuk segeraa mengambil kebijakan untuk mengatasi pencemaran udara tersebut.

Menurut warga Jakarta lainnya, Elika Tantri, prediket menjadi salah satu kota dengan kualitas udara terburuk di dunia harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah."Memprihatinkan jadi kota di dunia dengan polusi udara terburuk, '' ujarnya.

Elika mengaku merasakan buruknya udara Jakarta beberapa waktu lalu, kata dia hal tersebut juga tampak dengan kondisi langit Jakarta yang terlihat berkabut  ."Kemarin beberapa hari lalu polusi udaranya sampai berkabut," ujar Elika Tantri warga Kuningan, Jakarta Selatan.

Menurut dia semua pihak dari masyarakat harus sadar diri untuk menjaga kualitas udara yang sehat, dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan bersepeda atau beralih ke transportasi umum.

 

 

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus