LAIN daerah, lain pula cara memprotes. Enam petugas PLN nyaris dibikin malu oleh penduduk Desa Singkal Anyar, Prambon, Nganjuk, Jawa Timur, yang melancarkan protes. Penduduk tidak senang karena aliran listrik ke rumah-rumah mereka tibatiba dicabut, 25 Juli lalu. Mereka memang belum menjadi pelanggan PLN. Aliran listrik itu hanya dicantol dari gardu yang ada di desa, sejak pertengahan Juli. "Tapi ini salahnya PLN sendiri," ujar HardJasantoso, kepala desa, membela warganya. Sejak Maret lalu, penduduk sudah dianjurkan memasang instalasi di rumah masingmasing, dan dipungut uang muka Rp 38.000. Ternyata, dinanti sampai berbulan-bulan, listrik tak kunjung menyala. Maka, penduduk jadi tak sabar, dan kemudian mencantol dari gardu. Baru kira-kira 10 hari menyala, datang petugas PLN. Penduduk, yang sudah sempat merasakan nikmatnya aliran listrik, marah karena aliran diputus. Mereka lalu mengepung mobil petugas PLN yang di pimpin Mujiono, B.E., dan meminta agar aliran disambung kembali. Karena permintaan ditolak, penduduk kalap. Mereka terus mendesak, dan di sana-sini terdengar teriakan, "Kalau tak mau menyambung, telanjangi saja." Mujiono kepepet. Ia mau menyambung, "Tapi karni mesti mengambil peralatan dulu ke Kediri," katanya. Takut hal itu hanya muslihat, penduduk meminta dua petugas tetap tinggal di Singkal Anyar sebagai sandera. Bila empat petugas tadi tak kembali, kedua rekannya yang tinggal itu betul-betul akan ditelanjangi. Ir. Budi Harsono, kepala PLN Cabang Kediri, yang dilapori, tak kurang akal. Ia menhubungi Posek dan camat Prambon lalu bersama-sama ke Singkal Anyar. Persoalan akhirnya bisa diselesaikan. Aliran listrik disambung kembali. Hanya, karena di rumah penduduk belum ada meteran, mereka dikenai pembayaran Rp 7.300 sebulan. Beres.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini