Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Sanggup Sudah Sanggup

Walikota pematang siantar sanggup ketaren menertibkan lalu lintas kotanya dengan menjadikan satu jurusan jalan-jalan utamanya. terminal bis & pangkalan taksi juga ditertibkan tapi lalu lintas masih kacau.(kt)

7 Januari 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH Medan, Pematang Siantar adalah kota kedua di Sumatera Utara. Penduduknya sekitar 135.000 jiwa. Ia dikenal sebagai pintu gerbang masuknya para turis asing maupun domestik dari Medan menuju Parapat atau Danau Toba. Kota ini dilintasi jalan raya yang menghubungkan Medan dengan Padang dan Bukittinggi (di Sumatera Barat) dan Pekanbaru di Riau. Tapi Pematang Siantar juga banyak dikenal sebagai pusat pengembangan agama Kristen di Sumatera Utara. Beberapa organisasi gereja seperti Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) dan GKPS (Gereja Kristen Pematang Siantar) dan HKI (Huria Kristen Indonesia) menjadikan Pematang Siantar sebagai kantor pusat. Jika letaknya begitu tak heran bila masalah lalu-lintas menjadi soal utama di sini, terutama di dalam kota. Ketika Belanda merancangkannya dulu barangkali tak berfikir bahwa Pematang Siantar akan cepat berkembang, sehingga buru-buru memagarinya dengan perkebunan karet, kelapa sawit dan teh. Akibatnya, perluasan sulit..Juga penggusuran maupun pemotongan rumah-rumah dalam kota untuk pelebaran jalan tak mungkin dilakukan, biasa: soal biaya. Oleh sebab itu pihak Pemda Kotamadya Pematang Siantar menempuh jalan gampang untuk menguasai kekusutan lalu-lintas: jalan-jalan utama dijadikan satu jurusan. Untuk ini awal Desember lalu Walikota Sanggup Ketaren men&umumkan: berhubung kepadatan lalulintas maka pusat kota yaitu Jalan Merdeka dan Jalan Sutomo dijadikan satu arah. Serempak dengan itu stasion bis ditertibkan. Artinya bis-bis dikumpulkan di Terminal Bis Suka Damai Jalan Sekata. Taksi kota dipul di Jalan Supratman sedang sado dan beca mesin di Jalan Imam Bonjol. Selera Sejak itu pula Sado dan pedati tak boleh memasuki pusat kota, yaitu di jalan satu arah tadi. Selebihnya boleh. Tapi apa yang terjadi? Lalulintas masih kacau balau. Sebab ternyata pengumuman itu dilancarkan dengan cara agak tergesa-gesa, sehingga rambu-rambu lalulintas belum sempat dipasang. Untung para anggota polri dan hansip sempat dikerahkan untuk membantu mengatasi kekusutan itu. Tapi di luar soal lalulintas, jalan satu arah itu dengan sendirinya menggusur para pedagang kaki lima di kiri kanan jalan itu. Untung juga sebagian mereka ditampung di Jalan Imam Bonjol dan Pasar Martoba, di pinggir kota. Di tempat terakhir ini mereka merasa tak betah, sehingga dengan kucing-kucingan mereka kembali lagi ke tempat semula. Namun yang di Jalan Imam Bonjol, namanya tetap pedagang kaki lima. Menarik juga kabar-kabar yang terbetik, bahwa penataan lalulintas di Pematang Siantar itu samasekali tak didahului dengan sesuatu penelitian. Malal1an kata sementara pihak Walikota Sanggup Ketaren ketika mengumumkan berlakunya jalan satu arah itu berucap bahwa "penterapan jalan satu arah di Pematang Siantar adalah sesuai dengan selera atasan." Konon ketika itu Sanggup mengungkapkan pula, bahwa "saya sudah sering kena tegor karena belum melaksanakannya." Mudah-mudahan saja sekarang Sanggup Ketaren benar-benar telah sanggup melaksanakan selera itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus