Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PUKUL delapan malam, 31 Desember 1969. Suasana di Tugu Monas meriah. Sebagian warga Ibu Kota bersiap merayakan tahun baru. Tapi, di Istana Negara, beberapa ratus meter dari Monas, justru sebaliknya. Wajah Presiden Soeharto memerah. Dengan nada tinggi ia berkata kepada tamu-tamunya, "Kalau rakyat marah dan menggantung saya, kalian senang, lantas tepuk tangan dan tertawakan saya?" Di hadapan Presiden, Ali Moertopo dan sejumlah aktivis muda yang dikenal sebagai Kelompok Tanah Abang duduk dengan jantung berdebar.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo