Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Depok - Setelah dituduh melakukan kekerasan seksual, kini Ketua BEM UI nonaktif Melki Sedek Huang dituding sebagai penyuka sesama jenis. Melki mengatakan di media sosialnya ramai komentar yang menyebut dirinya melakukan kekerasan seksual sesama jenis.
Melki mengatakan banyak komentar sejenis yang masuk ke akun X-nya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sejenis komentarnya gitu, yang menyebut saya dituding melakukan pelecehan seksual sesama jenis," ungkap Melki, Kamis, 21 Desember 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melki tidak tahu apakah ramainya cuitan di X itu berkaitan dengan laporan ke Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual Universitas Indonesia (Satgas PPKS UI) tentang dugaan kekerasan seksual yang dilakukannya. Namun berbagai komentar di akun X-nya itu senada, yaitu menyebut Melki melakukan pelecehan seksual sesama jenis.
"Saya juga enggak bisa bilang ini 2 hal yang sama atau 2 hal yang berbeda, tapi jelas komentar yang masuk seperti itu," ujarnya.
Ketua BEM UI yang terpilih Januari 2023 ini menerangkan komentar tentang praktik hubungan sesama jenis itu mulai masuk ke akun X-nya pada Rabu, 20 Desember 2023. "Mulai kemarin kalau tidak salah komentar yang masuk begitu. Gitu aja sih, saya tidak bisa komentar banyak, soalnya itu cuma komentar-komentar aja."
Tentang dugaan bahwa hal itu bagian dari upaya pelemahan karakternya yang dianggap terlalu vokal, Melki Sedek Huang hanya menyatakan tudingan LGBT itu adalah fitnah. Menurutnya orientasi seksual adalah hal privat. "Itu bukan orientasi seksual saya, jadi itu adalah fitnah yang terstruktur, kenapa terstruktur juga, karena komentar yang masuk luar biasa banyak," ujarnya.
Pada saat ini, Melki hanya fokus pada laporan kekerasan seksual yang melibatkan namanya. Dia meminta agar proses itu berjalan sebagaimana mestinya, baik proses pemanggilan dan investigasi. Sebab, sebagai mahasiswa fakultas hukum, ia harus taat dan harus membuktikan semuanya diproses hukum.
"Jadi siap-siap aja untuk bisa membuktikan proses itu, tapi fitnah-fitnah yang masuk terkait hubungan sesama jenis, jelas itu adalah fitnah yang terstruktur, karena ratusan bahkan ribuan komen masuk dalam waktu yang bersamaan dan dengan nada-nada yang serupa, artinya itu menurut saya hal yang terencana," ujarnya.
Melki berasumsi komentar yang masuk itu adalah ulah buzzer karena jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Komentarnya hanya mengatakan sesama jenis, bukan pelecehan sesama jenis.
"Komentarnya 'sesama jenis nih, sesama jenis' jadi semacam ada upaya untuk mendelegitimasi laporan ke kekerasan yang masuk, yang mana itu salah ya. Jadi biarkan proses itu berjalan aja maksud saya," ujarnya.
Melki menilai jika orang-orang yang siap membuktikan akan siap mengikuti proses hukum, ia pun tidak akan lari, sehingga membiarkan semuanya berproses dan memberi ruang untuk investigasi tanpa gangguan.
"Gangguan seperti ini kan bukan hanya mengganggu saya, tapi mengganggu investigasi, mengganggu juga orang-orang yang melaporkan. Padahal kondisi pelapor memang harus kita lindungi begitu pun kondisi prosesnya," ucapnya.
Untuk dugaan kekerasa seksual yang dituduhkan kepadanya, Melki menyatakan hingga saat ini dia belum belum tahu kronologinya dan tidak tahu siapa yang melaporkan.
"Sama sekali saya tidak ada clue, bahkan untuk yang buzzer-buzzer tentang hubungan sesama jenis pun saya tidak ada clue mereka itu diarahkan atau tidak, kenapa bisa berbarengan dan itu terkait dengan kasus apa," katanya.
Soal dugaan pelapor dugaan kekerasan seksual ke Satgas TPPAS UI adalah warga kampusnya, Melki tidak menampik. "Bisa jadi warga UI," ucapnya.
Meski didera tuduhan kekerasan seksual hingga LGBT, Melki mengatakan hal itu tidak akan membuat dia berhenti mengkritik. Bahkan hari ini pun dia membuat diskusi di Paramadina.
RICKY JULIANSYAH
Pilihan Editor: Hadiri International Migrant Day di Depok, Mahfud MD Ungkap Kejinya Kejahatan TPPO