Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penjual gorengan di Jakarta hari ini tidak menyediakan menu favorit para pembelinya, yaitu, tahu dan tempe.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang penjual gorengan di Jalan Kemang Timur, Jakarta Selatan, Roni mengatakan masih sempat menjual tahu dan tempe goreng pada Jumat, 1 Januari 2020. Saat itu ia masih punya stok tahu dan tempe hasil belanja sehari sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun, pada Sabtu, 2 Januari 2020, tempe dan tahu menghilang dari pasar. "Padahal tahu dan tempe itu ibaratnya makanan favoritnya lah," kata pria 45 tahun itu.
Roni mengatakan dalam sehari ia bisa menjual sekitar 150 potong gorengan dari bahan tahu dan tempe. Hari ini, banyak yang mencari gorengan berbahan dasar kedelai itu. Sayang, ia tak menjualnya karena tak ada bahannya. "Karena gak ada, jadi mereka beli yang lain," ujar Roni.
Menghilangnya tahu dan tempe dari tukang gorengan imbas mogoknya para pengusaha tahu dan tempe di Ibu Kota dan sekitarnya.
Pabrik tahu dan tempe yang ada di Jalan Mampang Prapatan, Tegal Parang, Jakarta Selatan, misalnya. Mereka menghentikan produksi sejak Jumat lalu dengan alasan bahan baku kedelai naik dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200 per kilogram.
Aksi mogok ini diinisiasi oleh Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta.
Seorang pengusaha tahu di Mampang Prapatan, Yono, 51 tahun mengatakan pabriknya mulai kembali beroperasi besok untuk memenuhi kebutuhan pasar di hari Senin. Karena harga kedelai masih tinggi, kata dia, harga jual tahu dari produsen ke pedagang juga bakal dinaikkan.
Menurut Yono, dia akan terlebih dahulu berkoordinasi dengan sekitar 5 produsen tahu yang ada di Mampang Prapatan XII untuk memutuskan nominal kenaikan harga yang dijual ke pedagang. Dari perkiraannya, harga tahu akan dinaikkan Rp 3 - 4 ribu per papan cetak tahu. Sebelum ada kenaikan herga kedelai, kata dia, satu papan cetak tahu biasa dijual Rp 23 ribu ke pedagang.
"Naik Rp 3 ribu saja ini mau nggak pedagang? Karena pedagang kan maunya murah," kata Yono.