Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Saung Angklung Udjo terpukul hebat akibat pandemi.
Pengunjung nyaris hilang sama sekali.
Mereka melelang barang agar bisa bertahan.
Suasana sepi sangat terasa di area depan Saung Angklung Udjo di Jalan Padasuka, Bandung, Selasa lalu. Area parkir destinasi wisata populer di Jawa Barat itu, yang biasanya dipadati mobil pribadi hingga bus besar, lengang. Hanya ada beberapa sepeda motor milik karyawan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di area dalam pun suasana serupa begitu kuat terasa. Amfiteater pertunjukan angklung yang biasanya selalu penuh pengunjung seperti area mati. Sejumlah properti pertunjukan, misalnya kuda lumping, set alat musik angklung, dan pernak-perniknya, teronggok di panggung. Sebagian ditutup terpal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kabar mengejutkan datang dua pekan lalu: Saung Angklung Udjo sedang melelang sejumlah koleksinya. Pelelangan melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) itu membuat publik bertanya-tanya, ada apa gerangan? Pasalnya, proses lelang melalui situs web www.lelang.go.id itu mengesankan lokasi wisata budaya di Bandung tersebut akan disita oleh pemerintah.
Tapi ternyata tidak. Pemilik saung itu sendiri yang melelang berbagai alat musik dan pertunjukan karena tidak kuat lagi bertahan. Pandemi Covid-19 telah memukulnya dalam-dalam. Mereka belum menemukan cara terbaik untuk bisa bertahan dan mempertahankan saung itu selain merelakan barang-barang yang mereka punya.
Lelang upaya terbaru mereka. "Lelang ini dilakukan secara sukarela, untuk menambah cakupan pasar peserta lelang. Bukan karena Saung Angklung Udjo terlilit utang dan tidak ada upaya paksa dari siapa pun," ujar Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Jawa Barat, Tavianto Noegroho, dalam konferensi pers daring, dua pekan lalu.
Berdiri sejak 1966, Saung Angklung Udjo merupakan inisiatif maestro angklung Udjo Ngalagena sebagai tempat pelestarian kebudayaan Sunda, khususnya alat musik angklung. Di sana, pengunjung tak hanya bisa menikmati pertunjukan musik tradisional Sunda. Para tamu pun bisa belajar bermain angklung, melihat proses pembuatan alat musik bambu, sampai menggunakan lokasinya untuk kegiatan pernikahan atau berfoto.
Tapi, pada masa pandemi yang sudah berjalan satu setengah tahun ini, aneka aktivitas itu terhenti total. Jumlah kunjungan wisatawan dalam dan luar negeri, yang rata-rata 1.000-2.000 orang per hari sebelum masa pandemi, sekarang hampir nihil.
Seperti pengelola usaha seni pertunjukan lain, para karyawan dan musikus di Saung Angklung Udjo mencoba bertahan dengan menggelar pertunjukan daring. Tapi, kata Taufik, cara itu tak cukup membantu menggaji karyawan mereka yang berjumlah hampir seribu orang. Sebagian karyawan itu pun sejak tahun lalu sudah berhenti bekerja.
Kini, sembari menunggu hasil lelang yang diharapkan bisa memperpanjang napas Saung Udjo, para karyawan dan penampil yang biasa menghibur tamu pun harus bersabar lebih lama. Sebab, situasi pandemi yang kembali memburuk membuat kegiatan wisata harus tutup entah sampai kapan.
Patung Si Cepot bermasker di gerbang toko cinderamata Saung Angklung Udjo (SAU) di Bandung, Jawa Barat, 29 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia
Patung Si Cepot menunggu pengunjung di toko cinderamata Saung Angklung Udjo (SAU) di Bandung, Jawa Barat, 29 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia
Ampiteater Saung Angklung Udjo (SAU) di Bandung, Jawa Barat, 29 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia
Properti pertunjukan teronggok di sudut ampiteater Saung Angklung Udjo (SAU) di Bandung, Jawa Barat, 29 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia
Set angklung di panggung ampiteater Saung Angklung Udjo (SAU) di Bandung, Jawa Barat, 29 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia
Gudang angklung di kawasan wisata Saung Angklung Udjo (SAU) di Bandung, Jawa Barat, 29 Juni 2021. TEMPO/Prima Mulia
TEKS: PRAGA UTAMA
FOTO: PRIMA MULIA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo