Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tim Ekspedisi Sungai Nusantara menemukan fakta baru yang menjadi penyebab buruk dan baunya kualitas air Sungai Ciliwung di Jakarta. Mereka mengungkapkan, salah satu fakta itu adalah adanya pembuangan kotoran manusia dan sapi ke sungai tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fakta ini diperoleh seusai Tim Ekspedisi Sungai Nusantara menggelar kegiatan Susur Sungai bersama Komunitas Ciliwung. Kegiatan ini turut melibatkan Komunitas Ciliwung Saung Bambon, Komunitas Ciliwung Kedung Sahong dan Ciliwung Institut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari hasil kegiatan ini, mereka menemukan masih banyak pembuangan limbah rumah tangga berupa tinja dan kotoran sapi dibuang langsung ke Badan air, di Jl Camar Cijantung, Gang Tower No 8B Kelurahan Lenteng Agung RT 7/RW 8 Jagakarsa.
Selain itu, ditemukan beberapa pabrik tahu membuang limbah bersuhu tinggi dan menimbulkan bau menyengat.
"Tidak semestinya ada kegiatan usaha yang membuang limbah cair langsung ke Ciliwung, seharusnya ada pengolahan limbah sebelum dibuang ke sungai, ditambah lagi dengan kotoran-kotoran sapi di bantaran Ciliwung yang menyumbangkan polusi nitrit dan aroma busuk,” kata Tyo, penggiat komunitas Ciliwung Tanjung Barat, dikutip dari keterangan tertulis, Senin, 16 Mei 2022.
Selain temuan itu, mereka juga menemukan, dalam uji kadar Nitrit Ciliwung menunjukkan melampaui Baku Mutu Air kelas II yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahu 2021. PP itu mensyaratkan Kadar Nitrit dalam air Ciliwung tidak boleh lebih dari 0,06 mg/L.
Pendiri dan peneliti Environmental Conservation Organization (Ecoton) Daru Setyorini mengatakan, dari hasil susur sungai ini, tim ekspedisi menemukan kadar Nitrit tertinggi Ciliwung sebesar 0,15 mg/L di wilayah Jalan Camar Cijantung.
"Tingginya kadar Nitrit mengindikasikan adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari tinja atau limbah dari kamar mandi, faktanya terdapat pabrik tahu dan kandang sapi di lokasi pengambilan sampel air yang sedang membuang limbah,” ucap Daru.
Selain pencemaran Nitrit, tim ekspedisi juga menemukan tingginya kadar fosfat di Ciliwung wilayah Srengseng Sawah sebesar 0,5 ppm, Jl Camar Cijantung 1,5 ppm, Kedung Sahing 0,6 ppm dan di bawah Jembatan TB Simatupang sebesar 2 ppm. "Padahal baku mutu PP 22/2021 mensyaratkan bahwa sungai kelas 2 yang dimanfaatkan sebagai bahan baku PDAM kadar fosfat tidak boleh melebihi 0,2 ppm," kata dia.
Baca juga: Kontraktor Bendungan Ciawi Sebut Proyek Itu Tak Bikin Keruh Air Ciliwung