Vonis Bebas Komandan Distrik Dili

LAIN Eurico Guterres, lain pula Letkol Endar Priyanto. Sementara bekas komandan milisi pro-integrasi Eurico Guterres dihukum 10 tahun karena terbukti melakukan kejahatan kemanusiaan menjelang jajak pendapat di Timor Timur dulu, Endar justru divonis bebas. Bekas Komandan Distrik Militer (Dandim) Dili ini dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan terlibat dalam kejahatan kemanusiaan di Timor Timur setelah pelaksanaan jajak pendapat 30 Agustus 1999. Putusan itu dibacakan majelis hakim di Pengadilan Ad Hoc Hak Asasi Manusia Jakarta Pusat, 29 November lalu. Sebelumnya, jaksa penuntut umum K. Lere dan Harry Ismi menuntut terdakwa hukuman 10 tahun penjara. Endar dituding bertanggung jawab atas penyerangan di rumah Manuel Viegas Carrascalao—tokoh pro-kemerdekaan—sehingga mengakibatkan 11 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Menurut salah satu saksi, Alfredo Sanches, ada beberapa anggota TNI dari Koramil Maubara terlibat dalam penyerangan itu. Namun Hakim menyimpulkan bentrok berdarah itu tidak terkait dengan terdakwa sebagai pemimpin militer di Kota Dili. "Yang ada di rumah Carrascalao adalah tentara dari Maubara yang masuk ke Kodim Liquisa," ujar Hakim Amril. Menurut Amril lagi, Carlos Amaral, salah satu tentara yang dituding saksi ikut menyerang rumah Manuel Carrascalao itu, di persidangan mengaku sedang cuti saat bentrok terjadi. "Jadi ada keragu-raguan. Yang jelas TNI dari Liquisa bukan tanggung jawab terdakwa," kata Amril. Letkol Endar Priyanto terharu mendengar vonis bebas ini. "Sejak semula saya tidak merasa bersalah," katanya dengan mata berkaca-kaca. Arif Zulkifli, Tempo News Room