Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Jangan Bilang Kami Lempar Handuk

Otoritas Jasa Keuangan menyatakan Kookmin Bank akan menjadi pemegang saham mayoritas PT Bank Bukopin Tbk. Presiden Komisaris PT Bosowa Corporindo Erwin Aksa menjawab sejumlah pertanyaan Tempo tentang posisi perusahaannya yang terancam kehilangan kendali atas Bukopin.

20 Juni 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Komisaris Utama Bosowa Group Erwin Aksa di Menara Karya, Jakarta, 18 Juni 2020. TEMPO/Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SURAT perintah dari Otoritas Jasa Keuangan kepada manajemen PT Bosowa Corporindo pada 10 Juni lalu cukup memukul kelompok usaha milik Muhammad Aksa Mahmud, adik ipar mantan Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla, tersebut. Pasalnya, OJK dengan tegas melarang Bosowa melakukan tindakan apa pun yang bertujuan menghalangi masuknya investor lain dalam rangka peningkatan permodalan PT Bank Bukopin Tbk, bank yang mereka kuasai enam tahun terakhir dengan kepemilikan saham sebanyak 23,39 persen. Surat serupa dikirimkan OJK kepada pemegang saham Bukopin lain.

Pukulan lebih kencang menghantam sehari kemudian. OJK menyatakan Kookmin Bank, pemegang 22 persen saham Bukopin, siap mengambil alih pengendalian bank yang tengah diterpa kesulitan likuiditas tersebut. Raksasa finansial asal Korea Selatan itu telah menempatkan dana US$ 200 juta—senilai Rp 2,8 triliun—di rekening penampung untuk meningkatkan kepemilikannya di Bukopin paling sedikit menjadi 51 persen.

Ditemui Tempo di kantornya di Menara Karya, Jakarta Selatan, Kamis, 18 Juni lalu, Presiden Komisaris Bosowa Corporindo Erwin Aksa tak dapat menyembunyikan kekecewaannya. Dia berdalih Bosowa telah menempatkan duit Rp 193 miliar untuk rencana penambahan modal Bukopin.

Apakah Anda merasa OJK tak lagi mempercayai Bosowa di Bukopin karena mereka merestui Kookmin Bank menjadi pengendali baru?
Saya tidak tahu, tidak pernah ada keterangan lisan atau tertulis.

Bukankah semua pemegang saham sudah diminta memberikan komitmen penambahan modal sejak tahun lalu untuk menyehatkan Bukopin?
Itu penambahan modal karena tidak ada pemegang saham pengendali. Ya sudah, disuruh rights issue supaya ada pemilik saham pengendali. Bosowa rights issue sesuai dengan haknya, 23 persen. Saya sudah setor itu, Rp 193 miliar, sudah diterima Bukopin.

Kalau dari likuiditas, saya panggil perusahaan saya, relasi, dan mitra joint venture untuk masuk. Uang saya juga stuck di sana, enggak bisa keluar. Semua yang berafiliasi dengan kami enggak ada yang keluar, triliunan. Yang keluar banyaknya retail, masyarakat. Kalau korporat enggak ada yang keluar.

Apakah berhasil menarik dana masuk?
Ada yang masuk, tapi tidak seimbang dengan dana yang keluar. Lebih besar ketimbang dana yang masuk. Dana yang kami masukkan banyak, Rp 100-200 miliar.

Mengapa Bosowa tidak melakukan hal serupa dengan komitmen Kookmin?
Kan, sejak 10 Juni 2020 kami enggak boleh melakukan apa-apa di surat OJK. Kami hanya disuruh menambah modal, enggak lebih dari itu. Sudah dipenuhi, kok.

Jadi Bosowa rela melepas Bukopin?
Maksudnya? Lepas lewat dilusi saham? Siapa yang dilusikan saya?

Ya, lewat tambahan modal dari Kookmin ini….
Surat OJK tanggal 10 Juni apa tuh?

Lalu apa langkah Bosowa selanjutnya setelah OJK merestui Kookmin menjadi pemegang saham pengendali mayoritas dengan kepemilikan di atas 51 persen?
Berdasarkan surat 10 Juni, enggak boleh melakukan apa-apa. Saya tunduk pada OJK sesuai dengan surat 10 dan 11 Juni. Jangan lakukan apa pun, ancamannya pidana. Jangan bilang lempar handuk. Sejak kapan saya lempar handuk?

Kalau dilihat runutannya, pada Desember 2019 sudah keluar hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap pengawasan OJK yang menunjukkan sejumlah masalah di Bukopin….
Bukan bermasalah. OJK tidak melakukan pengawasan terhadap Bukopin.

Hasil audit itu menyebutkan soal kredit macet sebesar Rp 1,2 triliun ke Amanah Finance, milik Kalla Group, per Desember 2017 yang belum terselesaikan di Bukopin….
Oh, itu kan sudah diselesaikan, lancar itu. Tiga tahun sudah bayar cicilan. Cuma, yang saya dengar sudah di kol-5 (kolektabilitas 5). Cicilannya lancar bayar, masak, kualitas kreditnya dinilai paling bawah. Memang ada salah kelola, tapi diselesaikan oleh shareholder-nya. Mereka bertanggung jawab menyelesaikan kredit itu. Dan itu bukan saya yang kasih. Amanah Finance sebelum Bosowa masuk sudah di situ. Bukan Bosowa yang kasih kredit, melainkan manajemen sebelum Bosowa masuk.

Sudah lunas?
Belum

Laporan keuangan Bukopin juga mencatat kredit ratusan miliar rupiah ke sejumlah perusahaan grup Bosowa dan Kalla. Itu sebabnya Bukopin dianggap sebagai “ATM” kedua grup….
Waduh, fitnah dari mana itu? Itu business-to-business saja. Kan, sesuai dengan peraturan ada batasannya, 10 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus