Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Arsip

Wc Elok

Pasar Ciroyom di Bandung dilengkapi kamar kecil untuk umum yang mewah. dibangun H. Wawan, menelan biaya Rp 4 juta. Terdiri 6 jamban, 5 kamar mandi, dilengkapi dengan air hangat, sabun, odol, sampo.

9 Desember 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENDENGAR radio tentu sering mendengar nama Pasar Ciroyom Bandung, terutama dalam acara pengumuman harga sayur-mayur. Yang belum luas diketahui orang luar Bandung ialah di sana sekarang ada WC umum yang wah, jauh berbeda dengan citra WC umum di sekitarnya yang bau sumpek, atau keran air yang macet. Tempat hajat umum yang satu ini dibuat oleh seorang pemilik toko kelontong di pasar itu, yakni Haji Wawan, 37 tahun. Bangunan yang terletak di samping tokonya terdiri dari 6 jamban, 5 kamar mandi, lengkap dengan fasilitas air hangat, sabun, odol, dan sampo. Lantai dan dindingnya dilapisi porselen. "Tujuan saya bukan bisnis. Tapi cuma ingin bikin WC yang bersih dan sehat," tutur Haji Wawan kepada Heddy Susanto dari TEMPO, "dan mulanya hanya untuk keperluan pribadi." Mulai ada satu dua orang menumpang buang hajat di situ. Lalu beritanya bersambung dari mulut ke mulut, akhirnya banyak peminat berdatangan. Maka, sekembalinya dari menunaikan ibadah haji tahun lalu, ayah 5 anak itu secara khusus merogoh kocek untuk membangun sebuah WC yang bersih dan nyaman. "Kebersihan itu kan setengah dari iman," Wak Haji mengutip sebuah hadis Rasulullah saw. Kebutuhan akan MCK (dari kata mandi, cuci dan kakus) yang layak itu mulanya hanya untuk melayani orang yang ingin salat. "Di atas bangunan itu ada musala berkapasitas 15 orang. Tapi lalu ada yang usul bikin kamar mandi juga," cerita Haji Wawan. "Lalu saya pasang mesin pompa dan alat pemanas. Jadi, bikin WC bagus ini nggak sengaja," tambahnya sambil tersenyum. Urusan ini memang diserahkan kepada petugas yang menjaga. Ternyata, lumayan juga. Buat yang kebelet dan ingin mandi tarifnya Rp 200 -- pakai air dingin -- dan Rp 500 -- dengan air hangat. Buat yang perlu keramas, silakan tambah lagi Rp 100. Biaya pembangunannya menelan Rp 4 juta, tapi Wak Haji malu-malu juga menghitung pemasukan dari "diversifikasi" usahanya ini. "Orang mau bayar atau tidak, terserah saja," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus