Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Apakah AI Bisa Menggantikan Kecerdasan Manusia? Begini Analisis Dosen Unair

Sekitar 85 juta pekerjaan diprediksi berganti dengan AI pada 2025.

26 Maret 2024 | 11.36 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi Kecerdasan Buatan (Yandex)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan telah membawa perubahan yang mendalam di berbagai aspek kehidupan manusia. World Economic Forum (WEF) memprediksi robot, otomatisasi, dan AI bisa menggantikan pekerjaan manusia. Sekitar 85 juta pekerjaan diprediksi berganti dengan AI pada 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Universitas Airlangga (Unair) Aziz Fajar mengatakan, meskipun AI dapat menggantikan peran manusia dalam berbagai bidang, kecerdasannya tetap terbatas. AI hanya mampu menggunakan sumber daya yang telah ada, sehingga tidak dapat menciptakan sesuatu yang benar-benar baru. Meskipun demikian, AI masih memiliki keunggulan dalam memberikan manfaat praktis dan dapat diakses kapan pun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“AI itu hanya sepintar orang yang membuatnya atau membantu membuatnya. Apabila diperhatikan, AI hanya menggunakan sumber daya yang sebenarnya sudah ada, sehingga AI tidak dapat membuat sesuatu yang benar-benar baru, setidaknya untuk saat ini,” kata Aziz melalui keterangan tertulis, Selasa, 26 Maret 2024.

Meskipun demikian, kecepatan AI dalam memproses informasi dan menghasilkan output telah mengesankan banyak pihak. Aziz mencontohkan teknologi chatGPT yang merupakan bagian dari generative AI. Meskipun informasi yang diberikan oleh chatGPT dapat ditemukan di internet, AI ini memberikan manfaat praktis karena dapat diakses dan ditanyakan kapan saja.

Regulasi dan Etika

Menurut Aziz, regulasi yang tepat sangat diperlukan untuk mengendalikan perkembangan AI dan memastikan penggunaannya sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang berlaku. Meskipun etika dalam pembuatan AI biasanya diajarkan dalam pendidikan formal, tidak semua individu akan mematuhi aturan tersebut. Oleh karena itu, kata Aziz perlu ada regulasi yang ketat untuk memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab.

“Orang yang menyalahgunakan AI, misalnya untuk membuat hoax atau membuat gambar yang tidak pantas, bisa dipenjara. Sedangkan untuk pembuat AI tentu sulit untuk dihukum karena bisa saja ketika membuat AI-nya tidak dimaksudkan untuk hal-hal tersebut, tapi ternyata disalahgunakan,” katanya.

Manfaat Praktis

Walau  terdapat risiko dan keterbatasan, Aziz mengatakan bahwa banyak sektor yang telah memanfaatkan kemampuan AI untuk mempermudah pekerjaan manusia. Dalam hal itu, peran manusia tetap sangat penting dalam mengarahkan dan mengontrol penggunaan AI.

“AI bukanlah musuh, melainkan alat bantu yang dapat memudahkan proses kerja manusia. Seperti halnya telepon dan kalkulator, AI menjadi alat yang memperluas kemampuan manusia dalam berkomunikasi dan melakukan perhitungan,” ucapnya.

 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus