Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - TikTok menyatakan masih akan tetap berada di Amerika Serikat selama bertahun-tahun ke depan. Perusahaan aplikasi media sosial berbasis video pendek ini merespons ultimatum dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump tentang batas akhir operasionalnya di negeri itu hingga 15 September mendatang, kecuali TikTok bersedia beralih menjadi perusahaan Amerika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pernyataannya Senin sore waktu setempat, atau Selasa subuh waktu Indonesia, TikTok yang menginduk ke ByteDance, perusahaan internet di Cina, mengisyaratkan akan memenuhi perintah itu. Alasannya, TikTok mengaku dicintai oleh 100 juta warga Amerika dan menganggap aplikasi itu rumah untuk hiburan, ekspresi diri, dan koneksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TikTok juga mengatakan termotivasi untuk terus menghadirkan kesenangan ke keluarga-keluarga dan karir untuk mereka yang berkreasi di platformnya seiring pengembangan jangka panjang TikTok. "TikTok akan berada di sini (Amerika Serikat) untuk bertahun-tahun ke depan," bunyi pernyataan tersebut.
Sebelumnya, seperti dikutip New York Times, Presiden Donald Trump mengultimatum TikTok harus menjual operasionalnya di Amerika Serikat per 15 September, atau dipaksa tutup. Trump juga menyatakan tak masalah apakah Microsoft atau yang lain yang akan mengakuisisi TikTok. "Yang penting perusahaan Amerika," katanya.
Adapun Microsoft telah secara terbuka mengatakan sedang dalam pembahasan dengan ByteDance untuk pembelian TikTok. Raksasa teknologi itu berharap sudah mencapai kesepatan final pada 15 September nanti.
Microsoft tak menyebut apakah tenggat itu berasal dari Trump tapi Reuters adanya tambahan waktu 45 hari dari Komite Investasi Luar Negeri AS kepada Microsoft untuk bisa membuat penawaran ke TikTok atau ByteDance.
Dalam unggahan di blog perusahaan, Microsoft hanya mengatakan komitmennya untuk membeli TikTok dan menjadikannya benar-benar aman serta menguntungkan bagi Amerika Serikat, termasuk bagi Kementerian Keuangan. Jika kesepakatan bisa dicapai, bukan hanya TikTok Amerika yang akan digenggam Microsoft tapi bisa juga Kanada, Selandia Baru, dan Australia mengikuti.
Tidak semua orang senang dengan rencana Microsoft dan TikTok Amerika. New York Times melaporkan kalau penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro memilih AS seharusnya melarang TikTok seperti yang telah dilakukan terhadap aplikasi asal Cina lainnya, WeChat.
Menurut Navarro, Microsoft telah mengakomodasi sensor Cina. Dia juga mengatakan kalau raksasa itu harus divestasi unit bisnis nya di Cina sebagai konsekuensi jika skema pembelian TikTok terlaksana.
ENGADGET