Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Angin kencang melanda sejumlah wilayah di Pulau Jawa membawa partikel debu berwarna kecokelatan. Fenomena ini dipicu oleh tiga faktor, meliputi radiasi matahari maksimum, pengaruh pola cuaca regional dan lokal.
Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), angin kencang disertai debu dan asap ini melanda Batu, Jawa Timur; Merapi di Yogyakarta; Merbabu, Kopeng, Semarang, dan Salatiga di Jawa Tengah. Selain itu, Jakarta, Pantai Utara Jawa, hingga Pantai Selatan Jawa mengalami angin lebih kencang dari biasanya.
"Faktor pertama, adanya pengaruh pola cuaca regional yang ditandai oleh perbedaan (gradien) tekanan yang cukup besar antara belahan bumi utara dan belahan bumi selatan menyebabkan secara umum angin bertiup relatif lebih kencang umumnya di wilayah selatan khatulistiwa," ujar Kepala Bidang Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG Hary Djatmiko kepada Tempo, Selasa, 22 Oktober 2019.
Kondisi itu, Hary melanjutkan, biasa dikenal dengan istilah angin Timuran (Easterly wind) atau monsun Australia yang relatif masih menguat. Faktor kedua, adalah radiasi matahari maksimum (kulminasi Matahari) karena posisi gerak semu Matahari yang saat ini berada di belahan bumi selatan sekitar khatulistiwa.
Oktober ini, kata Hary, posisi semu Matahari berada tegak lurus di atas Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Kondisi ini diindikasikan dapat meningkatkan suhu permukaan menjadi lebih terik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ini menyebabkan tingginya perbedaan tekanan udara antara dataran tinggi dan dataran rendah, sehingga cenderung dapat memicu angin bertiup relatif lebih kencang di sekitar wilayah lereng," kata Hary.
Sedangkan faktor ketiga, peningkatan kecepatan angin yang merupakan pengaruh pola cuaca lokal, selain adanya perbedaan suhu yang cukup besar antara dataran tinggi dan dataran rendah terutama daerah pegunungan.
"Kecepatan angin lebih kuat pada lapisan troposfer, selain dapat dirasakan dengan penguatan angin permukaan di banyak tempat," tutur Hary. "Juga memicu penguatan sirkulasi lokal berupa angin gunung dan angin lembah di daerah dengan kontur topografi berbukit bukit."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini