Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Digital

Celios: Food Estate Merauke Akan Naikkan Kontribusi Indonesia ke Emisi Global Menjadi 3,96-4,96 Persen

Studi terbaru CELIOS mengungkapkan dampak serius proyek food estate di Merauke terhadap emisi karbon di Indonesia dan masyarakat Papua.

10 Desember 2024 | 08.23 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Area sawah Merauke Food Estate yang dikelola oleh PT Parama Pangan Papua di Merauke, Papua, 7 Agustus 2024. Dok.Medco Papua Group

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Studi terbaru dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS) mengungkapkan dampak serius proyek food estate di Merauke terhadap emisi karbon di Indonesia. Proyek ini melibatkan penebangan hutan seluas dua juta hektare, yang diperkirakan akan menghasilkan tambahan emisi karbon sebesar 782,45 juta ton CO2.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nilai kerugian karbon ini setara dengan Rp47,73 triliun, dan berpotensi meningkatkan kontribusi Indonesia terhadap emisi global dari 2—3 persen menjadi 3,96—4,96 persen. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Dengan asumsi kontribusi emisi karbon Indonesia meningkat hingga 2-3 persen akibat food estate di Merauke, kita berpotensi kehilangan waktu 5-10 tahun untuk mencapai target Net Zero Emission pada 2050,” kata Direktur Kebijakan Publik CELIOS, Media Wahyudi Askar, dalam keterangan tertulis, Senin, 9 Desember 2024. 

Wahyudi menegaskan bahwa pembangunan masif tanpa memperhatikan dampak lingkungan dapat menjadi bumerang, baik terhadap masyarakat Papua maupun krisis iklim global. CELIOS juga menyoroti bahwa megaproyek ini bertentangan dengan Perjanjian Paris, yang menargetkan pembatasan kenaikan suhu bumi hingga 1,5°C. 

Forest Watch Indonesia (FWI) turut menyoroti dampak deforestasi akibat proyek ini. Data FWI menunjukkan bahwa pembukaan lahan di Papua Selatan meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 190 ribu hektare pada 2022-2023, setara hampir tiga kali luas DKI Jakarta. “Papua bukanlah tanah kosong,” kata Anggi Prayoga, Juru Kampanye FWI. 

Anggi menekankan pentingnya mendapatkan persetujuan dari masyarakat adat melalui prinsip PADIATAPA (Persetujuan atas Dasar Informasi di Awal Tanpa Paksaan) untuk menjamin keberlanjutan sumber daya alam dan hak-hak masyarakat adat Papua. “Setidaknya lebih dari 24 komunitas adat bergantung terhadap hutan di Papua Selatan,” tuturnya.

CELIOS merekomendasikan pengembangan produk ekonomi restoratif untuk menghindari gelombang deforestasi, mendukung pertumbuhan ekonomi, hingga menciptakan peluang kerja hijau bagi masyarakat lokal. Pendekatan ini dapat menekan kontribusi emisi global Indonesia menjadi 1-2 persen sekaligus memperkuat perannya sebagai penyangga karbon global.

Solusi berbasis restorasi lingkungan dinilai lebih selaras dengan target iklim Indonesia dan dapat mencegah kerugian ekonomi jangka panjang. CELIOS pun mendesak penghentian proyek food estate di Merauke dan mengatakan pemeringah perlu mengeksplorasi solusi berkelanjutan berbasis komunitas yang memberikan manfaat ekonomi tanpa merusak hutan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus