Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Dalam rentang waktu kurang lebih satu bulan, telah terjadi dua fenomena Supermoon, yakni Bulan Purnama Stroberi Super dan Bulan Baru Stroberi Mikro.
Pada 14 Juli, tepatnya lewat tengah malam nanti pun akan ada fenomena Supermoon kedua, yakni Purnama Rusa Super. Adakah efek dari fenomena ini terhadap bumi dan manusia?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir penjelasan Peneliti Pusat Riset Antariksa, Badan Riset dan Inovasi Nasional Andi Pangerang seperti dikutip dari laman resmi (BRIN), layaknya fase bulan baru pada umumnya, Bulan Purnama Stroberi Super, Bulan Baru Stroberi Mikro, maupun Purnama Rusa Super dapat menimbulkan pasang laut yang lebih tinggi dibandingkan dengan hari-hari biasanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Adanya konfigurasi matahari-bumi-bulan atau bisa juga matahari-bulan-bumi yang berada di posisi segaris membuat timbulnya pasang yang lebih besar. Apalagi konfigurasi ini juga diperkuat dengan bulan yang berada di titik terdekatnya dengan bumi,” jelas Andi.
Perhitungan ini hanya mempertimbangkan faktor astronomis saja tanpa melihat gelombang laut akibat badai angin. Andi tidak menyarankan para nelayan untuk melaut di dua hari sebelum dan dua hari seusai puncak fenomena ini.
Selain itu, melansir laman Coach, ilmuwan menyebutkan ada sejumlah teori yang menyinggung keterkaitan efek Supermoon terhadap tubuh.
The tidal theory
Teori ini berangkat dari hipotesis gravitasi yang mempengaruhi air laut dan menyebabkan pasang naik. Mengingat tubuh manusia yang mengandung 55 hingga 60 persen air, Supermoon dapat mempengaruhi tubuh meski sedikit.
Profesor ahli astronomi Alan Duffy dari Swinburne University, Australia mentebut efek maksimum dari pasang surut adalah peningkatan sekitar 10 sentimeter sehingga efeknya hanya 2 meter atau sangat kecil bagi manusia. Karena manusia tidak sebesar planet bumi, jadi kita cenderung tidak merasakan efek ini.
The brightness theory
Teori ini menyatakan kecerahan bulan purnama dapat mempengaruhi durasi dan kualitas tidur. Hal itu berpotensi membuat suasana hati menjadi buruk dan perilaku tak menentu. Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa orang rata-rata tidur 19 menit lebih sedikit saat bulan purnama karena cahaya yang terang.
Walau demikian, Duffy menyatakan efek fenomena supermoon terhadap tidur tak begitu krusial. Hal ini karena manusia telah terbiasa terpapar “polusi cahaya” entah itu dari cahaya lampu ataupun cahaya ponsel. Pengaruh dan bahaya dari cahaya ponsel lebih besar ketimbang cahaya Supermoon.
HATTA MUARABAGJA
Baca juga : Supermoon Dituding Sebagai Salah Satu Pemicu Banjir Rob, Benarkah?